BRIEF.ID – Produsen halal terbesar di negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sebagian besar atau sekitar 50% berasal dari Indonesia.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Sutan Emir Hidayat, mengatakan saat ini, ada 30 produsen halal di OKI yang bergerak di sektor riil, dan 15 di antaranya berasal dari Indonesia.
“Dari sektor riil, terdapat 30 produsen halal terbesar di negara-negara OKI, dan 15 produsen halal terbesar itu adalah perusahaan-perusahaan dari Indonesia, salah satunya kosmetik,” kata Sutan Emir Hidayat, dalam Media Briefing Road to Rapat Pleno KNEKS 2024.
Menurut dia, tidak hanya sektor manufaktur, sektor pariwisata Indonesia kini juga menduduki peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index pada 2023 dan 2024. Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai peringkat ketiga dalam State of the Global Islamic Economy Report 2023.
Hal tersebut, lanjut Sutan, merupakan pencapaian yang amat baik, mengingat pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia bahkan tidak masuk dalam peringkat 10 besar.
“Alhamdulillah Indonesia mampu memperbaiki ranking-nya di tingkat global dalam 5 atau 6 tahun belakangan. Sekitar 6 tahun belakangan masih di luar 10 besar, sekarang Alhamdulillah kita sudah berada di posisi ketiga,” ujar Sutan.
Dia menjelaskan, nilai ekonomi dan keuangan syariah di tingkat global terus tumbuh dengan total konsumsi masyarakat Muslim global untuk produk halal tercatat sekitar US$2,29 triliun atau sekitar Rp34.830,9 triliun.
Di tingkat nasional, data Kajian Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 oleh Bank Indonesia mengungkapkan bahwa pangsa pasar aktivitas usaha syariah di Indonesia mencapai 46,71% dari PDB atau Rp9.826,8 triliun.
Sutan membeberkan, sektor halal value chain (HVC) juga tumbuh sebesar 3,9% dan berkontribusi hampir 23% terhadap perekonomian nasional pada 2023 dengan ditopang oleh berbagai sektor unggulan, yaitu pertanian, makanan dan minuman, pariwisata, serta fesyen.
Sedangkan kontribusi pembiayaan syariah bagi UMKM mencapai Rp161,03 triliun per Maret 2024, atau 81,66% dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) serta hampir 60 persen dari target Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019-2024.
“Dengan adanya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, diharapkan nilai transaksi ekonomi syariah serta tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah dapat semakin meningkat,” tutur Sutan.
Berdasarkan data Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia baru mencapai 28%, tingkat literasi keuangan syariah tercatat 39%, sedangkan tingkat inklusi keuangan syariah hanya 12,88%.
“Target dari Bapak Wakil Presiden (Ma’ruf Amin) itu pada tahun depan untuk mencapai 50%. Nah, itu yang sedang kami dorong bersama-sama,” ungkap Sutan.
No Comments