Semarang (7/12) – Arus peti kemas di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) yang dikelola oleh Pelindo III hingga November 2018 tercatat atau meningkat 5 persen year on year (yoy). Pada November tahun lalu arus peti kemas tercatat sebanyak 577.867 TEUs, kemudian pada periode yang sama di tahun 2018 tercatat meningkat hingga 611.486 TEUs.
Berdasarkan data Pelindo III, dari total arus peti kemas per November tahun ini tersebut, 51 persennya atau 313.128 TEUs merupakan peti kemas ekspor 49 persen sisanya atau setara 298.358 TEUs merupakan peti kemas impor.
CEO Regional Jateng Pelindo III Arief Prabowo menyebutkan, dari tingginya arus peti kemas internasional yang mendominasi bongkar muat di TPKS, merefleksikan pertumbuhan perekonomian di kawasan Jawa Tengah, terutama yang terkait dengan komoditas ekspor-impor yang dikirim melalui TPKS. “Kami optimis bahwa target arus peti kemas tahun 2018 yang sebesar 731.289 TEUs dapat dicapai dengan tren pertumbuhan yang positif tersebut,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, peningkatan arus peti kemas luar negeri terutama karena tingginya project cargo yang diangkut dengan peti kemas. Barang-barang tersebut untuk mendukung proyek pembangungan PLTU Batang dan Tanjung Jati, Jepara. Serta kenaikan jumlah pengiriman peti kemas reefer, khususnya barang hasil olahan ikan untuk tujuan Rotterdam, Belanda, juga mendukung peningkatan arus peti kemas di TPKS. “Kenaikan arus peti kemas ini salah satunya disebabkan oleh peralihan beberapa Industri ke daerah Jawa Tengah, karena UMR (upah minimum regional) yang masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata kota Industri lainnya di Indonesia,“ pungkas Arief Prabowo.
Direktur Utama Pelindo III Doso Agung dari Surabaya menyebutkan, mengingat vitalnya peran TPKS sebagai gerbang ekspor-impor di Jawa Tengah, Pelindo III secara bertahap akan menambah peralatan, termasuk 20 unit Automatic-Rubber Tyred Gantry (A-RTG) untuk meningkatkan produktivitas bongkar muat di lapangan penumpukkan peti kemas. “Tambahan jumlah A-RTG merupakan langkah modernisasi peralatan Pelindo III. A-RTG dari sisi man power sangat efisien, karena satu operator bisa mengoperasikan hinga empat unit alat. Selain itu juga lebih safety karena tidak ada lagi operator manusia yang bertugas di dalam alat RTG dan blok lapangan penumpukan. Jadi efisiensi dan safety sekaligus,” tegasnya.
Doso Agung menambahkan, proses behandle atau pemeriksaan peti kemas impor juga akan dipercepat prosesnya dengan menggunakan aplikasi teknologi informasi. Dua gate tambahan juga sedang dibangun untuk mempercepat akses ke terminal. “Kemudian di sisi perairan, akan terus merevitalisasi kolam pelabuhan agar tetap sedalam -12 meter LWS (low water spring/rata-rata permukaan air), sehingga kegiatan sandar dan bongkar muat kapal tidak terganggu karena selalu sesuai dengan jangkauan peralatan,” pungkasnya.
No Comments