Menperin Sebut Deflasi Didorong Banyaknya Produk Impor

BRIEF.ID – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan dari sisi kacamata industri, penurunan harga yang meluas (deflasi) yang terjadi selama lima bulan beruntun sejak Mei hingga September 2024 didorong oleh banyaknya barang impor.

Menperin  menyatakan penurunan harga secara umum  terjadi mengingat suplai barang dari luar negeri banyak yang masuk ke pasar domestik.

“Deflasi karena banyak barang impor, sehingga karena kalau suplainya banyak apalagi dari impor kan pasti mempengaruhi deflasi,” kata Menperin dikutip dari Antara, Selasa (8/10/2024).

Sementara itu,  Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menyatakan, dibatasinya produk impor murah yang masuk ke pasar domestik bisa menjadi solusi untuk menaikkan harga produk manufaktur, karena hal tersebut bisa meningkatkan permintaan produksi.

Disampaikan Febri, apabila permintaan produksi naik, akan memberikan dampak berkelanjutan berupa keberanian pelaku industri untuk menyerap tenaga kerja baru.

“Kalau ada tenaga kerja baru yang terserap, dan kemudian ada insentif tambahan, maka rumah tangga akan meningkat pendapatannya. Kalau pendapatannya meningkat, maka kemampuan atau daya beli masyarakat akan meningkat. Dan itu akan mengurangi deflasi. Harga barang-barang juga akan meningkat juga. Karena daya beli masyarakat meningkat,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini deflasi yang telah terjadi selama lima bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.

Hal itu karena deflasi disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan. Dengan deflasi pangan, maka harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.

“Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Ia mengatakan belanja masyarakat, utamanya kelompok menengah bawah, didominasi oleh belanja makanan. Artinya, harga pangan di pasar yang menurun justru bisa membantu masyarakat menjangkau bahan-bahan makanan dengan lebih murah.

BPS mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,12% (month-to-month/mtm) pada September 2024.

Tren deflasi ini telah berlangsung sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03% pada Mei, 0,08% pada Juni, 0,18% pada Juli, dan 0,03% pada Agustus. Adapun, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,84% (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,74% (year-to-date/ytd).

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Lakukan Corporate Rebranding Total, BRI Perkuat Posisi “Satu Bank untuk Semua”

BRIEF.ID - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. bersiap...

IHSG Bertahan di Level 8.700, Investor Borong Saham Super Bank

BRIEF.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di...

Rupiah Melemah Dekati Level Rp16.700 Jelang Pengumuman Hasil RDG-BI

BRIEF.ID - Nilai tukar (kurs) rupiah melemah mendekati level...

Harga Emas Antam Naik Jadi Rp2.470.000 per Gram Saat Emas Dunia Terkoreksi

BRIEF.ID - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk...