Kagum Toleransi Beragama Masyarakat Manado, Atikoh: Ibarat Perpaduan Indah Irama Musik Kolintang

January 20, 2024

BRIEF.ID – Kunjungan Siti Atikoh Supriyanti yang akrab disapa Atikoh  ke Kota Manado, Sulawesi Utara, pada 17 Januari 2024 mengukir kesan mendalam.

Selama berada di Kota Manado, Atikoh bertemu para tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan antar Umat Beragama (FKUB), perwakilan Sinode GMIM, Umat Islam,  Hindu,  Buddha, dan Konghucu. Bahkan, Wali Kota Manado Andrei Angou yang notabene kader PDI Perjuangan beragama Konghucu.

Kesan itu, diungkapkan Atikoh melalui  unggahan sejumlah foto di akun Instagram pribadinya @atikoh.s, yang menunjukkan pertemuan dengan para tokoh lintas agama di Kota Manado, Sulawesi Utara.

Dalam keterangan pada unggahan itu, secara khusus Atikah mengungkapkan kekagumannya pada toleransi umat beragama masyarakat di daerah Nyiur Melambai.

“Di antara yang saya dan Mas Ganjar kagumi dari Kota Manado selain kuliner dan wisatanya, adalah toleransinya,” ungkap Atikoh.

Menurut dia, toleransi beragama sangat penting bagi Indonesia yang terdiri atas beragam suku, etnis, dan agama.

Kemajuan negara, lanjutnya, tidak hanya ditentukan dari kesejahteraan rakyat,  juga  keamanan dan kedamaian yang dapat tercipta dari toleransi. 

“Karena sebuah negara yang maju tidak bisa dilihat dari ekonomi, sosial, dan budayanya saja. Itu semua dapat dicapai dan rakyatnya menjadi sejahtera ketika negara memberikan jaminan keamanan, kenyamanan dan kedamaian,” ungkap Atikoh.

Dia menjelaskan, salah satu bentuk toleransi yang ditunjukkan masyarakat Manado adalah kenyamanan beribadah dan hubungan baik antarumat beragama.

Atikoh bahkan mengibaratkan toleransi masyarakat Manado ibarat bunyi kolintang yang indah karena harmonisasi berbagai not, bukan satu not saja. Kolintang adalah alat musik tradisional Minahasa, Sulawesi Utara yang terbuat dari bambu.

“Kota Manado ini contohnya, menjadi salah satu kota paling toleran di Indonesia. Negeri ini pun berdiri tak lepas dari keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan. Ibarat kolintang, tidak akan tercapai harmonisasi suara dengan satu not saja. Beragam. Berpadu. Beriman,” tutur Atikoh.

No Comments

    Leave a Reply