BRIEF.ID – Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dipastikan tetap solid siapapun yang terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) AS yang berlangsung hari ini, Selasa (5/11/2024).
Hal itu, disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Mark Rutte, dalam jumpa pers di Berlin, menanggapi kekhawatiran terhadap dampak bagi NATO, jika Donald Trump memenangi Pemilu AS.
Dalam jumpa pers tersebut, Rutte didampingi Kanselir Jerman, Olaf Scholz. Dia menyampaikan, ketahanan aliansi NATO dan kepentingan bersama negara-negara anggota aliansi itu.
“Siapa pun yang memenangi pemilihan itu, kami akan bekerja sama dengan Kamala Harris, kami akan bekerja sama dengan Donald Trump, dan memastikan bahwa aliansi tetap bersatu,” kata Rutte.
Dia mengungkapkan, optimistis bahwa siapapun yang akan menjadi presiden AS menggantikan Joe Biden, akan tetap mendukung kesepakatan dan kepentingan NATO.
“Saya yakin karena hal itu demi kepentingan kami. Hal itu demi kepentingan kami di sini (di Eropa), juga untuk Amerika Serikat,” ujar Rutte.
Pernyataan Sekjen NATO itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran di antara negara-negara anggota NATO di Eropa tentang kemungkinan Trump terpilih kembali menjadi Presiden AS.
Dia bahkan menyakini bahwa AS di bawah pemerintahan presiden dari Partai Demokrat atau Republik tidak akan “mengulangi kesalahannya” dengan menarik diri dari Eropa setelah Perang Dunia I.
“Mereka (AS) tahu bahwa jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin berhasil (memenangi perang) di Ukraina, maka pada saat itu, Rusia yang semakin percaya diri berada di sisi timur kami dan akan membawa ancaman langsung ke wilayah NATO,” ungkap Rutte.
Sebagai informasi, ketika Trump menjabat Presiden AS, dia secara terbuka mengkritik negara-negara Eropa anggota NATO karena tidak memenuhi target belanja pertahanan aliansi itu sebesar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka.
Menurut Trump, AS menanggung beban biaya NATO secara tidak adil dan mengancam akan menarik diri dari aliansi tersebut jika anggota-anggota lain tidak menambah kontribusi mereka.
Sikapnya itu membuat tegang hubungan AS dengan para pemimpin Eropa dan menimbulkan pertanyaan tentang masa depan komitmen AS terhadap keamanan transatlantik.
No Comments