Perkembangan perusahaan digital rintisan (startup) di Indonesia semakin pesat, apalagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mencanangkan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Perusahaan startup di Indonesia pun terus menarik dana investasi dari dalam dan luar negeri, ditambah dana investor asing yang sudah menyerbu sektor startup. Namun, di sisi lain sejumlah pihak mengkhawatirkan investasi asing akan mengambil alih perusahaan di tanah air.
Dalam sebuah acara diskusi Kopitalk Indonesia di Jakarta (1/3), dengan tema “Masa Depan Industri 4.0” yang dihadiri juga oleh CEO Blibli.com, Kusumo Martanto, dan Heru Sutadi sebagai Executive Director Indonesia ICT Institute. Menteri Kominfo, Rudiantara memastikan, masyarakat tidak perlu khawatir akan arus investasi asing yang masuk ke perusahaan digital rintisan atau startup Indonesia. Sebab para investor asing tidak mengambil alih jajaran pimpinan perusahaan.
“Startup itu bisnisnya memisahkan antara management dengan keuangan, jadi memang ketika investor masuk hanya sebagai pasif, hak vetonya tetap ada di founder, bahkan founder-nya tidak boleh keluar. Berbeda dengan bisnis konvensional gede-gedean saham dan duit, yang paling gede sahamnya yang jadi management.” ujarnya.
Lebih lanjut, Rudiantara menyebut ada startup yang gagal itu disebabkan beberapa hal yakni memang tidak fokus, model bisnisnya tidak jelas, kemudian tidak bisa menyelesaikan permasalahan di masyarakat dan kemudian ingin cepat kaya.
Rudiantara memberikan contoh bahwa founder startup yang betul, ialah yang tidak keluar, yang besar seperti Jack MA walaupun hanya memiliki saham sekitar 6% – 7% di Alibaba tapi counter-nya tetap ada di Jack MA.
“Nah ini juga yang berlaku untuk seperti yang saya katakan startup yang ada di Indonesia, jadi kita itu sebetulnya dengan derasnya modal asing bukan berarti kita tidak bisa apa-apa, yang untung masyarakat Indonesia. Uang kan miliaran dollar masuk, puluhan triliun, misalnya dipakai istilahnya dibakar untuk subsidi, subsidi apa? Subsidi kita naik Go-Jek, subsidi kita kirim Go-food, mau subsidinya hilang?” katanya.
Karena itu pemerintah sangat mendorong digital ekonomi karena telah membuka lapangan pekerjaan baru berbasis digital, lalu adanya share economy, dan juga meningkatkan inklusi keuangan, tambahnya.