BRIEF.ID – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/8/2025) diprediksi masih suram dan belum terlihat tanda-tanda adanya penguatan. Berdasarkan analisa Phintraco Sekuritas, IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang resistance 7.550, pivot 7.500, dan support 7.400.
Direkomendasikan investor untuk mencermati saham-saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), PT Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Sebelumnya, IHSG tergerus cukup dalam yakni 66 poin (-0,87%) ke posisi 7.484, pada akhir perdagangan Kamis (31/7/2025). Aktivitas perdagangan mencatat sebanyak 416,30 juta lot saham di akhir Sesi I dan menghasilkan nilai transaksi Rp 18,27 triliun.
Saham top gainers, di antaranya BRRC, BUVA, CGAS, KUAS, COCO, IKAN, dan BOAT. Saham teraktif yaitu CDIA, ANTM, BBCA, IKAN, BBRI, BUVA, dan BMRI. Sektor infrastruktur turun paling dalam sebesar 2,41%. Sedangkan sektor barang konsumen non primer terkuat setelah naik 0,72%
Bursa Asia
Saham Asia variatif pada perdagangan hari Kamis (31/7/2025) sore, terbebani oleh data aktivitas Tiongkok yang lebih lemah dari perkiraan. Termasuk sinyal the Fed yang masih bersikap hawkish.
Aktivitas manufaktur Tiongkok menyusut selama empat bulan berturut-turut pada bulan Juli 2025. Indeks Manajer Pembelian (PMI) turun menjadi 49,3 pada bulan Juli dibandingkan 49,7 pada bulan Juni. Meleset dari perkiraan median 49,7 dalam jajak pendapat Reuters. Angka ini merupakan yang terendah sejak April.
Dalam 24 jam yang penuh aksi, investor juga mencerna kesepakatan perdagangan antara AS dan Korea Selatan, keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga, dan pendapatan yang kuat dari perusahaan teknologi berkapitalisasi besar.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,7%. Saham-saham di Hong Kong dan Tiongkok memimpin penurunan setelah indikator PMI resmi menunjukkan aktivitas ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan selama bulan Juli.
Komite penetapan suku bunga Federal Reserve (The Fed) memberikan suara 9-2 pada hari Rabu untuk mempertahankan suku bunga tetap untuk pertemuan kelima berturut-turut. Dua Gubernur Fed berbeda pendapat untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade.
Komentar Ketua The Fed Jerome Powell setelah keputusan tersebut melemahkan keyakinan bahwa biaya pinjaman akan mulai turun pada bulan September.
“Meskipun Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tetap pada keputusan penetapan suku bunga terbarunya, peluang penurunan suku bunga pada pertemuan mendatang tetap ada karena mereka menyeimbangkan data ekonomi yang melemah dengan potensi inflasi yang berkelanjutan,” kata Manusha Samaraweera, Direktur Investasi Pendapatan Tetap di Capital Group.
AS akan mengenakan tarif 15% atas impor dari Korea Selatan (Korsel). Sebagai imbalannya Korsel akan menginvestasikan US$ 350 miliar pada proyek-proyek AS dan membeli produk-produk energi AS senilai US$ 100 miliar.
Serangan tarif Presiden AS Donald Trump membayangi pasar global, dengan negosiasi perdagangan dengan India masih berlangsung setelah Presiden Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan tarif 25% untuk barang-barang impor dari negara itu.
Bursa Eropa
Market saham Eropa naik tipis pada perdagangan Kamis (31/7/2025), dibantu oleh serangkaian kesepakatan perdagangan di menit-menit akhir setelah Presiden Trump mengeluarkan serangkaian pengumuman tarif.
Indeks acuan Eropa, Stoxx 600 naik 0,3%. Indeks ini diperkirakan akan ditutup 1,6% lebih tinggi di akhir bulan karena meredanya kekhawatiran perdagangan, data ekonomi AS dan Eropa yang lebih baik dari perkiraan.
Indeks DAX Jerman naik 0,47% ke posisi 24.376. Indeks FTSE Inggris juga menguat 0,44% ke level 9.177 dan Indeks CAC Prancis naik 0,27% di titik 7.884.
Harga Minyak
Harga minyak bergerak melemah pada perdagangan hari Kamis (31/7) sore karena investor mempertimbangkan risiko kekurangan pasokan di tengah desakan Presiden Trump untuk penyelesaian cepat perang di Ukraina melalui kenaikan tarif. Meskipun kenaikan stok minyak mentah AS membebani harga.
Minyak mentah Brent berjangka untuk bulan September 2025, yang akan berakhir pada hari Kamis, turun 18 sen atau 0,3% menjadi US$ 73,06 per barel. Kontrak Brent Oktober yang lebih aktif turun 26 sen atau 0,4%, menjadi US$ 72,21 per barel.
Minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk kontrak bulan September turun 17 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 69,83 per barel. Kedua acuan ditutup 1% lebih tinggi pada hari Rabu. (berbagai sumber/nov)