Siti Atikoh Supriyanti: Membangun Bangsa Dimulai dari Keluarga – Bagian 2

January 2, 2024

BRIEF.ID – Keluarga memiliki arti penting dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam membangun sebuah bangsa. Sebab dari keluarga  sebuah peradaban bangsa dibangun.

Pengakuan tentang pentingnya peran keluarga semakin menjadi sorotan seiring  berbagai isu mental health yang mengemuka, akhir-akhir ini.

Keluarga adalah lingkungan awal di mana seseorang mengenal dan mengalami perbedaan, kerja sama, kasih sayang, dan kehangatan.  Keluarga juga menjadi tempat dimana nilai-nilai sosial budaya, agama, dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas berasal. 

Siti Atikoh Supriyanti yang  akrab disapa Atikoh, istri dari Ganjar Pranowo, Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 3 sangat menyadari itu.

Kesadaran  pentingnya arti sebuah keluarga membuat Atikoh  memposisikan dirinya sebagai supporting system bagi suaminya,  yang maju pada kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, yang akan diselenggarakan pada 14 Februari 2024.

Atiqoh pula yang memberi pengertian kepada putra semata wayangnya, Muhammad Zinedine Alam Ganjar untuk ikut terjun mendukung kampanye Sang Ayah.

Atikoh tak menafikan pandangan masyarakat umum, yang mungkin melihat keterlibatannya dan Alam pada kampanye pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 3,  Ganjar-Mahfud MD, sepertinya berlebihan.

Namun, dengan tegas perempuan bertubuh mungil itu mengatakan, bahwa apa yang dilakukannya begitu juga Alam, sebenarnya merupakan wujud dari kerja sama yang sudah dibangunnya bersama Ganjar  sebagai sebuah keluarga.  

Atikoh mengungkapkan, keinginannya untuk terjun ke masyarakat, bukan hanya sekadar mendukung kampanye Ganjar-Mahfud,  juga untuk berbagi dengan masyarakat.

Dia bahkan menyebut bertemu dan mendengar keluh kesah masyarakat adalah cara jitu untuk berbagi kasih sayang.

“Kelebihan saya mungkin di background keluarga ya. Bukan soal kekayaan, tapi kasih sayang yang luar biasa. Bagaimana keluarga selalu ada dan saling menopang walaupun mendapat cobaan berat. Makanya, saya merasa memiliki stok kasih sayang yang luar biasa, sehingga saya juga ingin berbagi ke lingkungan,” kata Atikoh di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024).

Dia menuturkan, rasa kasih sayang itu pula yang selalu ditunjukkannya bersama Ganjar  kepada Alam. Pasalnya, Ganjar dan Atikoh sama-sama menilai bahwa kasih sayang  itu yang  menjadikan  anaknya merasa dikasihi, diperhatikan, dan didukung lebih bernilai  dibandingkan diberi priviledge atau kenyamanan.

Atikoh menuturkan, sejak kecil Alam sudah diajarkan memahami kondisi kedua orang tuanya,  yang bukan berasal dari keluarga berada. Tak hanya itu, Alam pun dilibatkan untuk  pengambilan keputusan, termasuk dalam menentukan masuk sekolah sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Menurut Atikoh, cara  itu adalah manivestasi dari kasih sayang dan dukungan keluarga, yang dirasakannya dan Ganjar, sehingga mereka pun menerapkannya kepada Alam.

“Saya kepada Alam selalu ngomong, Alam, kamu alhamdulillah mendapatkan kasih sayang yang sangat cukup, dari orang tua, dari keluarga besar. Jadi, jangan pernah pelit-pelit untuk berbagi kasih sayang dengan orang lain,” ujar Atikoh.

Dia mengungkapkan, ada satu nilai yang dipelajarinya dari sosok Ganjar Pranowo, yakni selalu tersenyum dan tidak cepat marah.

“Prinsipnya Mas Ganjar yang tertanam, kalau kita bisa melakukan dengan tersenyum kenapa harus marah. Meskipun secara pribadi saya masih agak sulit untuk mengontrol emosi, tapi lama-kelamaan ketularan mas Ganjar. Menebar senyum bisa memberi energi positif, setidaknya orang yang dekat saya jadi merasa nyaman, itu juga bagian dari ibadah,” tutur Atikoh.

Mental Health

Berangkat dari nilai positif keluarga itu pula yang membuat Atikoh konsen kepada kaum perempuan khususnya ibu rumah tangga yang berperan penting dalam keluarga.

Apalagi belakangan banyak bermunculan masalah kesehatan mental yang sangat berpengaruh pada masa depan generasi muda saat ini. Di satu sisi, keluarga adalah pelindung, namun juga bisa menjadi pemicu munculnya gangguan mental.

Itu sebabnya, Atikoh mendorong para ibu untuk menciptakan lingkungan yang sehat mental bagi seluruh anggota keluarga. Hal itu dimulai dari pola pengasuhan yang berlandaska kasih sayang, pendampingan, hingga menyediakan waktu untuk kebersamaan.

“Meja makan adalah tempat berkomunikasi dan negosiasi terbaik. Sempatkan waktu untuk makan bersama sambil ngobrol antaranggota keluarga. Urusan makan bersama ini, selalu saya ingatkan kepada Mas Ganjar dan Alam. Sesibuk apa pun, kami selalu menyempatkan waktu makan bersama. Biasanya saat malam hari, tapi kalau enggak bisa, pas weekend,” ungkap Atikoh.

Menurut dia, ibu memegang peranan penting menciptakan kenyamanan di keluarga, untuk itu kesehatan mental ibu menjadi hal utama.

Atikoh mengaku prihatin pada kesehatan mental para ibu yang terganggu akibat tidak mendapatkan dukungan dari suami. Padahal perasaan dikasihi, dan didukung suami sudah cukup bagi seorang ibu untuk menjalankan multiperan di dalam keluarga.

“Makanya support system dalam keluarga itu sangat penting. Saya kalau ada yang curhat suami tidak mendukung karier, mertua bahkan orang tua seringnya nge-judge, jadi bertanya pada diri sendiri apa yang bisa saya lakukan untuk mereka,” kata Atikoh.

Itu sebabnya, Atikoh sangat konsen memberikan edukasi tentang masalah parenting, hingga Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), juga mental health. Salah satu masukannya membuat Puskesmas di Kota Semarang sudah memiliki tenaga psikolog.

“Selain itu, di Jawa Tengah terdapat Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, dan Bina Keluarga Lansia. Cuma memang tidak di semua tempat ada pendampingan psikolog, mungkin nanti bisa diperluas atau dicontoh daerah lain,” ujar Atikoh.

Dia menambahkan, ke depan pembangunan bangsa harus dimulai dari keluarga. Setiap pemimpin negara harus menyadari bahwa selain membangun infrastruktur, hingga industri yang maju, keluarga juga perlu dibangun agar bangsa Indonesia maju secara terstruktur.

“Pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul dimulai dari keluarga, maka pembangunan bangsa menuju Indonesia Unggul harus dimulai dari keluarga yang sehat jasmani, rohani, juga ekonominya,” kata Atikoh.

No Comments

    Leave a Reply