Indahnya Sat Set, Tas Tes Hidup Sederhana Prof Mahfud MD

December 20, 2023

BRIEF.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia akan menyelenggarakan Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres), pada Jumat (22/12/2023).

Acara yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) akan diikuti 3 Cawapres. Mereka adalah Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Prof Mahfud MD. Di antara ketiga tokoh, pesan kesederhanaan paling menonjol menempel pada pribadi Mahfud.

Cawapres Nomor Urut 3 yang masa kecilnya dihabiskan di Surau, dikenal sebagai figur pemimpin berintegritas, intelektual, jujur, dan memiliki gaya hidup sederhana. Sebagai pejabat negara, segala sesuatu yang dinilainya terkait dengan gratifikasi, pasti akan dilaporkan, baik secara lisan maupun tulisan ke lembaga antirasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tak mengherankan, sahabatnya Ammarsjah Purba yang akrab disapa Ammar menjuluki Mahfud sebagai cendekia yang memiliki pemikiran dan sikap yang menjunjung tinggi kesederhanaan.

“Kesederhanaan Prof Mahfud patut dibanggakan. Prof Mahfud adalah figur berintegritas, jujur, dan sederhana,” kata Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ammarsjah Purba di Jakarta, Rabu (20/12/2023).

Ammar yang juga dikenal sebagai Ketua Dewan Pengarah Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT), mengungkapkan kisah Mahfud saat masih menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), periode 2008-2013. Pada 8 Januari 2011, Mahfud menggelar resepsi pernikahan putranya, Muhammad Ikhwan Zein di Gedung Serbaguna Pusdiklat Mahkamah Konstitusi, Bekasi Barat.

Lapor KPK
Selain menggelar pesta pernikahan, Mahfud juga melaporkan secara tertulis kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) daftar undangan, kado, dan pengirim karangan bunga ucapan selamat.

“Untuk ukuran seorang pimpinan lembaga tinggi negara, mengadakan resepsi pernikahan di tempat seperti itu, memperlihatkan betapa sederhananya gaya hidup Prof Mahfud. Aula Gedung Serbaguna tidak terlalu luas dan tidak berada di kawasan elite, melainkan berdekatan dengan kawasan permukiman padat penduduk,” ujar dia.

Ammar mengaku bangga sekaligus terharu menyaksikan kesederhanaan, kejujuran, dan sikap hidup apa adanya yang dilakoni Mahfud. Selain tidak menyukai gaya hidup jor-joran, Mahfud mempertimbangkan secara matang esensi dari mengadakan pesta pernikahan.

Di sisi lain, Ammar menuturkan cerita menggelitik ketika Mahfud menggelar resepsi pernikahan di Gedung Serbaguna MK.

Disebutkan, iring-iringan kendaraan yang membawa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta rombongan sempat tersendat alias terhenti ketika akan memasuki lokasi acara, karena jalanannya sempit.
Amar juga mengungkapkan cerita masa lalu ketika Presiden Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur menunjuk Mahfud sebagai Menteri Pertahanan, pada Kabinet Persatuan Nasional (KPN). Kabinet ini dilantik pada 29 Oktober 1999 dan masa baktinya berakhir, pada 23 Juli 2001.

Publik, kata Ammar, sempat bertanya-tanya siapa gerangan sosok Mahfud, yang kurang menonjol dalam isu-isu pertahanan. Publik sempat mengira, Mahfud akan dipilih sebagai Menteri Pertanahan (Agraria), mengingat latar belakang akademisnya sebagai dosen Hukum Tata Negara.

“Rupanya, ini adalah semacam clue dari Gus Dur, bahwa kelak Mahfud akan menjadi Menko Polhukam, yang salah satu tugasnya adalah mengkoordinasikan bidang pertahanan.

Teman Kuliah
Ammar yang juga aktivis Gerakan Mahasiswa Generasi 1980-an, mengaku pertama kali mendengar nama Mahfud dari rekan sesama aktivis mahasiswa, yaitu almarhum AE Priyono yang biasa dipanggil Mas AE.

Mahfud dan Mas AE sama-sama kuliah di FH Universtias Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Mas AE dikenal luas, saat menjadi editor buku karya sejarawan Kuntowijoyo berjudul “Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi” yang terbit pada awal 1990-an.

Ammar mengungkapkan, Mas AE pernah bercerita kalau dia sangat dekat dengan Mahfud. Kedua sahabat itu hampir setiap malam berdiskusi di kamar kos, ditemani secangkir kopi dan sepiring singkong goreng.

Saat Mahfud menjabat Menko Polhukam pada Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo, mendengar kabar meninggalnya Mas AE. Saat itu, Mahfud menyampaikan melalui media rasa sedih yang teramat dalam dan merasa kehilangan, karena Mas AE berpulang disaat negeri ini didera pandemi Covid-19, pada April 2020.

“Sebenarnya, kita butuh pemimpin sederhana seperti Mahfud yang senafas dengan kebanyakan rakyat Indonesia, yang dari segi kesejahteraan belum terlalu baik atau pas-pasan saja,” ujarnya.

Sikap sederhana itu menunjukkan bahwa Mahfud memiliki empati mendalam kepada rakyat kebanyakan, yang kelak akan dipimpinnya, pada periode 2024-2029.

“Mari kita saksikan kepiawaian Prof. Mahfud saat debat Cawapres tanggal 22 Desember nanti, beliau orang yang sangat kompeten dan menguasai masalah. Sederhana dalam gaya hidup, namun cakap dalam gagasan,” demikian kata Ammar.

No Comments

    Leave a Reply