Sepenggal Kisah dari Siloam dan Komitmen John Riady

October 26, 2021

Situasi pandemi mengingatkan banyak orang bahwa dokter dan tenaga kesehatan lainnya merupakan profesi yang layak mendapat tempat terhormat di tengah masyarakat. Selain menyembuhkan penyakit fisik, para tenaga kesehatan itupun senantiasa dituntut merawat mental pasien dan keluarga dengan keramahan serta profesionalitasnya.

Sirine ambulans meraung-raung. Di dalamnya, sejumlah tenaga kesehatan dan dokter menangani seorang pasien dalam keadaan darurat. Bersicepat dengan waktu, ambulans itupun menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tindakan operasi selekas dilakukan.

Sketsa selanjutnya muncul tiga sosok dokter. Ketiganya adalah Deny Handoyo Kirana, Dokter Spesialis Onkologi Radiasi, Naomi Esthernita Fauzia Dewanto selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi, dan Julius July, Dokter Spesialis Bedah Syaraf. Mereka adalah punggawa RS Siloam.

Dalam video berdurasi 4 menit  berjudul “Terima Kasih atas Baktimu untuk Indonesia” yang didedikasikan untuk memperingati Hari Dokter Nasional,  tiga dokter tersebut bergantian mengutarakan isi hati.

“Yang membuat bahagia, melihat bayi-bayi yang diharapkan orang tuanya bisa keluar dari NICU dan tumbuh dengan sehat,” ungkap Dokter Naomi.

Giliran Dokter Julius, “Kami gembira melihat anak-anak yang sangat sulit kondisinya karena tumor, sekarang bisa sembuh dan tumbuh, melihat mereka itu hidup saya bahagia.”

Kisah mereka pun ditutup dengan surat terima kasih dari para pasien yang telah banyak dibantu. “Dokter Deny tidak saja membantu dari segi kesehatan, namun menyelamatkan kami juga dari segi kemanusiaan,” tulis Ahmad Sanriyu dalam suratnya kepada Dokter Deny Handoyo.

Seluruh pasien itupun berharap  para dokter selalu diberikan kesehatan dan perlindungan Tuhan, agar bisa membantu pasien-pasien lainnya. Rasa terima kasih para pasien kepada dokter sangat wajar, karena seorang dokter tidak saja mengerahkan segenap keilmuannya, melainkan nyaris seluruh kehidupan bagi kesembuhan para pasien.

Pada 24 Oktober, secara nasional diperingati sebagai Hari Dokter yang bertepatan dengan pendirian Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada 1950 silam. Perjuangan mereka kini sangat dibutuhkan masyarakat dalam menghadapi kecamuk Covid-19 yang telah mendera Indonesia sejak awal tahun lalu.

Tidak sedikit tenaga kesehatan khususnya dokter yang pulang tinggal nama setelah bertarung menyelamatkan nyawa pasien selama pandemi. Para tenaga kesehatan itupun harus rela jauh dari keluarga untuk setiap saat bertugas di palagan terdepan selama kehadiran wabah ini.

Menangkap peran vital dokter dan tenaga kesehatan dalam menjaga kehidupan masyarakat, Presiden Komisaris RS Siloam John Riady mengungkapkan posisi profesi tersebut layak diberikan apresiasi setinggi-tingginya.

Pandemi, menurutnya, telah membuka mata seluruh pihak bahwa masyarakat membutuhkan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, sekaligus memperkuat infrastrukturnya.

“Siloam sendiri juga ikut berjibaku dalam upaya penanganan pandemi, kami merasakan masa-masa kritis ini, bahkan sewaktu grafik melonjak, kami berupaya menangani para pasien hingga ke selasar dan parkiran,” ungkap John.

VISI SILOAM

John mengungkapkan sejak semula Siloam memiliki visi untuk menciptakan ekosistem dunia kesehatan yang kuat dan sinergis. Siloam tidak saja didukung kelengkapan fasilitas, melainkan pula sumber daya manusia dari Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan maupun akademi keperawatannya.

“Untuk para dokter muda itupun mereka diberikan lagi beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, menggali ilmu spesialis lebih mendalam, hingga mereka juga merasa bahwa Siloam adalah rumah bagi mereka. Maka tidak heran, Siloam diisi banyak dokter-dokter muda yang berkualitas,” ungkap John.

Dia mengungkapkan visi untuk meningkatkan kualitas sekaligus kesejahteraan tenaga kesehatan inilah bentuk apresiasi terbaik. “Banyak dokter kami yang sebenarnya ditawari berkarir di tempat lain dengan segala macam tawaran, namun mereka memilih bertahan karena menganggap visi yang diterapkan Siloam menjadikan mereka nyaman,” ungkap John.

Selain keberadaan dokter berkualitas mumpuni serta infrastruktur rumah sakit, John juga menitikberatkan filosofi pelayanan terbaik. Memang, setiap tenaga kesehatan senantiasa dituntut untuk siaga setiap saat dan selalu dalam tekanan tinggi.

“Namun itu tidak bisa menjadikan standar pelayanan terbengkalai, mereka harus mempunyai filosofi hidup yang dipraktikan sehari-hari, biar bagaimanapun tekanannya tidak bisa menghilangkan keramahan dan kesopanan kepada pasien dan keluarganya, karena ini juga bagian dari proses kesembuhan dan kepercayaan masyarakat,” ungkap John.

Karena itu, dia menilai pentingnya Siloam memiliki ekosistem dunia kesehatan hingga ke level pendidikan kedokteran dan keperawatan adalah menerapkan standar nilai yang sama,” ungkapnya.

Di lain sisi, John menatap masa depan industri kesehatan akan menggeser lanskap model layanan saat ini. Menurutnya, sebagai bagian “meringankan” pekerjaan dokter dan tenaga kesehatan, industri kesehatan akan terpacu untuk menyiapkan layanan berkonsep wellness, menjaga agar orang tetap sehat.

“Kalau healthcare itu menangani orang yang sakit, sedangkan konsep wellness ini lebih menyeluruh mencakup tidak sekadar kesehatan fisik melainkan kesehatan mental dan emosional, preventif juga,” ungkap John.

Lebih jauh, Siloam ke depan akan mengembangkan konsep layanan personalized medicine. Menurut John, dunia kesehatan telah mengakui bahwa tiap orang memiliki beragam perbedaan yang menentukan tingkat kesehatan maupun cara pengobatan ketika jatuh sakit. Visi inipun setidaknya mengisyaratkan bahwa perkembangan dunia kesehatan akan berkembang lebih kompleks seiring kebutuhan dan problem masyarakat pada masa mendatang. Untuk merespon hal tersebut, sudah patut nasib para dokter dan tenaga kesehatan mendapatkan apresiasi tinggi. Siloam telah membuktikan hal tersebut.

No Comments

    Leave a Reply