Kehadiran Bank Syariah Indonesia Dorong Inklusi Perbankan Syariah 2021

January 14, 2021

Jakarta, 14 Januari 2021 – Perkembangan ekonomi syariah sepanjang 2021 diprediksi masih tumbuh positif dan industri perbankan syariah akan berperan dominan, didukung kehadiran PT Bank Syariah Indonesia Tbk., entitas hasil merger tiga bank syariah milik negara.
Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Jaenal Effendi menjelaskan, industri perbankan syariah akan berperan dominan dalam perkembangan ekonomi syariah karena sektor ini telah mencatat pertumbuhan yang baik pada 2020. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juni 2020 nilai aset industri perbankan syariah dapat tumbuh hingga 9,22 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan konvensional sebesar 4,89 persen yoy.
“Bank syariah hasil merger akan bergerak bersama dengan bank-bank syariah lainnya serta berkolaborasi dengan lembaga keuangan syariah, perusahaan sekuritas, manajer investasi, perusahaan fintech serta lembaga pengelola dana ZISWAF untuk melayani kebutuhan para pelaku usaha di industri halal atau industri lainnya. Dengan demikian, ekosistem ekonomi syariah akan terbentuk dengan baik dan berkelanjutan dan diharapkan memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional, ujar Jaenal.
Selain didukung keberadaan bank syariah hasil merger, ekonomi syariah juga berpotensi tumbuh pesat apabila potensi besar keuangan sosial atau ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf) bisa dimanfaatkan sepanjang tahun.
Menurut Jaenal, saat ini Indonesia memiliki potensi zakat nasional hingga Rp217 triliun, dan Rp233 triliun potensi wakaf produktif. Triliunan potensi ZISWAF ini bisa bermanfaat apabila dimaksimalkan pengumpulan dan distribusinya bagi masyarakat yang berhak.
“Ziswaf melalui mekanisme perlindungan sosialnya dalam melindungi kaum yang lemah mampu membantu dalam mengatasi ancaman krisis di tengah pandemi Covid-19. Hal ini juga diperkuat dengan status kedermawanan masyarakat Indonesia, dimana Indonesia juga berhasil menjadi negara paling derwaman dalam World Giving Index. Selain itu, dengan adanya vaksin covid-19 ini diharapkan pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan baik sehingga diharapkan ekonomi dan syariah dapat terus tumbuh positif, paparnya.
Meski berpeluang tumbuh positif, pengembangan ekonomi syariah sepanjang 2021 disebut harus mampu menjawab sejumlah tantangan. Salah satunya, harus ada langkah untuk mengatasi masalah terbatasnya jangkauan lembaga keuangan syariah ke pelosok negeri.
“LKS (lembaga keuangan syariah) yang umumnya telah hadir hingga ke desa-desa adalah dalam bentuk BMT atau koperasi syariah. Sehingga jangkauan pendanaan maupun pembiayaan pada bank syariah masih cukup terbatas pada kota atau kabupaten. Dalam hal ini perbankan syariah harus melakukan perluasan jaringan. Permodalan di bank syariah juga harus ditingkatkan agar perluasan jaringan dapat dilakukan, ujarnya.
Sebagai catatan, Bank Syariah Indonesia nantinya digadang memiliki total aset hingga Rp250 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan Bank Hasil Penggabungan dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan top 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

No Comments

    Leave a Reply