BRIEF.ID – Penguatan nilai tukar (kurs) Yen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah membuat trader ketar-ketir karena dampak kerugian valuta asing (valas) bahkan beban bunga pinjaman.
Dalam 6 minggu terakhir, Yen mengalami kenaikan tajam terhadap dolar AS, yakni sekitar 12,3%. Hal itu, mengakibatkan pembalikan besar-besaran posisi carry trade Yen dan berkontribusi pada penurunan tajam saham AS.
Carry trade adalah strategi investasi di mana seseorang meminjam uang dengan suku bunga rendah di satu negara dan menginvestasikannya di negara lain dengan suku bunga yang lebih tinggi. Tujuannya adalah untuk menghasilkan keuntungan dari selisih antara kedua suku bunga tersebut.
Hal itu, terjadi karena banyak trader baik investor, institusi keuangan, maupun spekulator, meminjam dalam Yen dengan suku bunga rendah, lalu mengubahnya menjadi dolar AS, dan menggunakannya untuk membeli saham di bursa AS.
Ketika Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga, Yen menguat secara signifikan terhadap dolar AS, sehingga
membuat para trader dalam masalah besar.
Mereka tidak hanya harus membayar bunga yang lebih tinggi untuk Yen yang dipinjam, tetapi juga menghadapi kerugian besar dalam valas. Apalagi, aset dalam dolar AS yang dimiliki mungkin tidak cukup untuk membayar kembali Yen yang dipinjam.
Hal ini menyebabkan pembalikan besar-besaran di pasar keuangan, karena traders yang menghadapi kerugian besar dan margin call memilih melepas saham AS untuk mengumpulkan dolar AS, lalu mengubahnya kembali ke Yen, dan membayar kembali pinjaman mereka.
Pengamat memperkirakan tekanan jual yang lebih besar pada saham AS dan bahkan penurunan lebih lanjut masih akan terjadi untuk jangka pendek. Kondisi ini juga turut menghantam bursa saham global dan IHSG.
Selain itu eskalasi perang di Timur Tengah, dan ketidakpastian politik AS juga semakin menambah ketakutan dan kepanikan pasar. Krisis jangka pendek ini bisa terjadi antara 1-2 minggu.
Di satu sisi, kondisi ini bisa berarti cuan, karena krisis dan kepanikan jangka pendek memberi kesempatan bagi investor untuk mengumpulkan saham-saham berkualitas tinggi dengan harga diskon.
Dalam menghadapi situasi ini, investor dapat menerapkan carry trade, namun strategi ini mengandung risiko. Jika nilai tukar mata uang negara dengan suku bunga rendah menguat secara signifikan terhadap mata uang negara dengan suku bunga tinggi, investor dapat mengalami kerugian besar.
Hal itu, disebabkan investor harus menukar kembali mata uang dengan kurs yang tidak menguntungkan, ketika mereka mengembalikan pinjaman. Anda berani menerapkan carry trade?
No Comments