BRIEF.ID – Utang pemerintah Federal Amerika Serikat (AS) saat ini tercatat mencapai US$35 triliun. Jumlah itu menjadi yang terbesar untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan defisit anggaran yang sama seperti zaman Perang Dunia II.
Utang rumah tangga di AS mencetak rekor sebesar US$17,8 triliun, naik 53% dalam 10 tahun terakhir, begitu juga hipotek mencapai rekor tertinggi sebesar US$12,5 triliun.
Sementara utang kartu kredit mencapai US$1,1 triliun, melonjak 50% sejak 2020, dan pinjaman pembelian mobil sebesar US$1,6 triliun, sama-sama mencatat rekor tertinggi. Pinjaman mahasiswa tercatat sebesar US$1,6 triliun.
Tingkat keterlambatan pembayaran kartu kredit dan pinjaman mobil mendekati level tertinggi seperti yang terlihat pada tahun 2008. Hal ini, menunjukkan konsumen AS menghadapi inflasi dengan berutang.
Pengamat bahkan Kongres AS sudah memperingatkan posisi utang pemerintah federal yang mengkhawatirkan, dan menunjukkan bibit-bibit black swan event.
Pasalnya, defisit anggaran telah membawa presentasi Produk Domestik Bruto (PDB) AS berada pada level yang sama ketika zaman Perang Dunia II.
Black swan event adalah peristiwa tidak terduga yang berada di luar apa yang biasanya diharapkan dari suatu situasi, dan berpotensi menimbulkan konsekuensi yang parah terhadap sektor keuangan bahkan perekonomian negara.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Per Mei 2024, posisi utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar US$407,3 miliar, atau tumbuh sebesar 1,8% (yoy), setelah mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,5% (yoy) pada April 2024.
Perkembangan tersebut bersumber dari utang luar negeri sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral, dan serta sektor swasta. Meski demikian, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan menyatakan utang luar negeri pemerintah masih terjaga.
No Comments