Suasana yang nyaman dengan keramahtamahan khas Jogja menyambut saya di rumah ini. Namanya House of Moedjito (HOM Stay & Store). Saya memilih tempat ini, karena lokasinya yang terpencil tapi berposisi di tengah kota, di belakang XXI Empire, Jalan Urip Sumoharjo, Jogjakarta. Karena lokasi tersebut dan pepohonan yang rindang, suara burung masih riang terdengar sepanjang pagi hingga sore.
HOM Stay & Store terdiri atas 6 kamar berukuran cukup besar, dilengkapi dengan AC, TV, dan kamar mandi. Beberapa kamar dilengkapi teras dengan pemandangan beragam jenis tanaman terrarium. Kalian yang suka posting foto selfie di Instagram, pasti suka dengan berbagai sudut tempat bersantai di HOM Stay & Store. Saya sih nggak terlalu suka foto ya. Hehehe.
SARAPAN x MAKAN SIANG
Pagi itu saya lapar, lalu teringat warung Ayam Geprek Bu Rum di pinggir jalan Wulung Lor, Papringan yang dulu sering jadi tempat saya makan siang sambil berjemur di bawah terik matahari. Jarak dari Wulung Lor ke HOM Stay hanya 2.3 KM. Beruntung kita hidup di jaman Go-Jek & Go-Food, jadi kalau lapar ya Go-Food-in aja.
Tidak sampai 30 menit, sepotong paha ayam geprek dengan sambal yang luar biasa buatan Bu Rum sudah sampai di HOM Stay. Saya langsung ke dapur untuk mengambil piring, sendok dan air mineral dingin. Lanjut makan hingga gobyos kepedesan di ruang makan HOM Stay.
HOM Stay ini juga menawarkan beberapa menu makanan yang nostaljik, misalnya: martabak mie. HOM menyebutnya sebagai nasi omelete. Gurih dan garing. Kalian juga bisa memesan berbagai jenis kopi dingin yang disediakan oleh KopiAntara. Kopi yang pahit dan segar. Energi yang cukup untuk bertualang keliling Jogjakarta. Sayangnya, rata-rata KopiAntara dan banyak gerai kopi lainnya di Jogja baru buka jam 10 pagi.
Karenanya, energi saya harus diisi dengan semangkok (sebenarnya dua mangkok dan dua tusuk sate) Soto Ayam Kampung Pak Sun di Jalan Gajah Mada. Hehehe.
Sebagai selingan sarapan, kalian bisa mampir ke Pasar Lempuyangan dan membeli Jenang sumsum, mutiara dan candil di kiosnya Mbak Gesti. Jenang yang dijualnya ini kabarnya langganan Pak Harto dan Keraton Jogjakarta.
Kalau belum puas makan soto di warungnya Pak Sun, kalian bisa mampir ke Jalan Wates no. 33 di mana (alm.) Bapak Karto Wijoyo memulai bisnis Soto Kadipiro di tahun 1921. Soto yang berkuah kunyit bening ini istimewa karena menggunakan ayam kampung goreng yang gurih.
JALAN-JALAN
Selesai mengisi tenaga. Tentu harus dilanjutkan dengan jalan-jalan keliling Jogjakarta. Pakai apa? Pilihannya banyak. Ada becak, ada bentor (becak bermotor), selain itu HOM Stay & Store juga menyediakan opsi sewa motor dan mobil. Bisa disetirin, bisa juga nyetir sendiri. Tapi, untuk yang kepingin lebih praktis dan biaya terkontrol, lebih baik keliling pakai Go-Jek dan Go-Car saja. Minimal gak perlu stress mikirin macet dan cari parkiran.
Selama di Jogja, saya berkunjung ke banyak tempat, mulai dari Keraton Jogjakarta (lihat pertunjukan wayang di Bangsal Sri Manganti, lihat Museum Hamengkubuwono IX, lihat situs pemandian putri-putri di Taman Sari), nyekar ke makam Eyang Kakung dan Eyang Putri di Imogiri, selain itu ya kulineran, kulineran dan kulineran.
Kalian percaya gak, selama bertahun-tahun dulu saya tinggal di Jogja, saya jarang sekali jalan dan melihat-lihat di Malioboro. Kalau jalan pun, pasti saya selalu punya tujuan yang spesifik, misalnya: beli lumpia Jaya Mataram di depan dealer Suzuki, beli lumpia Samijaya di depan Hotel Mutiara, makan angkringan di sekitar Ndagen. Kemarin saya ajak anak dan istri untuk jalan dari ujung ke ujung, mumpung cuacanya teduh dan angin silir semilir.
Kalau kalian mau beli oleh-oleh atau segala macam cinderamata asli Daerah Istimewa Jogjakarta di ujung selatan Malioboro ada Mirota Batik (sekarang disebutnya Hamzah Batik) dan Pasar Beringharjo. Apa bedanya? Barang yang dijual kurang lebih sama. Tapi, di Mirota Batik, tidak ada tawar menawar, harganya sudah pas. Sementara kalau di Pasar Beringharjo dan sekitarnya, kalian perlu menawar harga.
Tipsnya adalah pelajari bahasa Jawa. Supaya ndak dikira turis lokal dari luar Jogja. Hehehe. Kalau nawar yang sopan ya, jangan banting-bantingan kaya petasan cabe.
Mas Blangkon.
MAKAN MALAM x DESSERT
Menjelang senja dan udara mulai dingin, yang paling enak ya makan yang berkuah seperti misalnya: Soto (Soto aja terus, Dit!), Bakso dan Bakmi Godhog. Karena ketika senja tiba, saya sedang berada di ujung selatan Malioboro melihat anak-anak muda reriungan di depan Fort Vredeburg, maka pilihan makanan jatuh kepada Bakmi Pele yang hangat, gurih dan nikmat. Perlu diingat, para koki Bakmi Jawa jarang sekali memasak dua porsi sekaligus. Jadi satu porsi dalam satu waktu. Artinya, menunggu Bakmi/ Bihun/ Nasi Goreng dihidangkan akan memakan waktu yang cukup lama. Maka datanglah di waktu yang tepat: sebelum jam 18.00.
Untuk menutup hari dengan lebih riang gembira, mampirlah ke Tempo Gelato. Di mana gelato dan sourbet terbaik disajikan dengan paripurna.
Demikian rangkaian cerita jalan-jalan tiga hari dua malam yang saya padatkan jadi satu hari saja. Hehe. Mudah-mudahan membuat kita kembali ingin ke Jogja.