BRIEF.ID – Banks Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) di tengah inflasi yang tinggi dan ketidakpastian global.
Pernyataan itu, disampaikan Gubernur The Fed, Jerome Powell, dalam keterangan pers mengenai hasil pertemuan Komite FOMC selama 2 hari, pada Rabu (7/5/2025) waktu setempat atau Kamis (8/5/2025) dinihari WIB.
Menurut Powell, sikap The Fed yang menunggu dan tidak menanggapi kebijakan tarif secara preemptif saat ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.
“Kami benar-benar belum melihat dampak ekonomi (akibat kebijakan tarif) dalam data. Orang-orang, mereka sekarang khawatir tentang inflasi, mereka khawatir tentang guncangan akibat kebijakan tarif, tetapi guncangan itu belum terjadi,” kata Powell.
Dia menekankan, The Fed akan terus bergantung pada data ekonomi yang akurat serta ukuran sentimen untuk melihat kebijakan moneter yang tepat sesuai perkembangan ekonomi.
Sejauh ini, lanjut Powell, data ekonomi sebagian besar bertahan meskipun sentimen dari konsumen dan bisnis melemah.
“Hasil dari kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, masih sangat tidak pasti, jadi sama sekali tidak jelas apa respons yang tepat untuk kebijakan moneter saat ini,” ujar Powell.
Dia menyampaikan, memang ada tingkat ketidakpastian yang tinggi seputar skala, cakupan, waktu, dan negosiasi tarif.
Meski demikian, The Fed akan melihat secara menyeluruh dampak dari keputusan Presiden Trump untuk menghentikan sementara kebijakan tarif impor hingga Juni 2025.
“Jika kenaikan tarif besar yang telah diumumkan tidak mengalami perubahan, maka kemungkinan besar akan menghasilkan kenaikan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan pengangguran,” ungkap Powell.
Dia menambahkan, dampak inflasi akibat kebijakan tarif bisa berlangsung singkat, mencerminkan perubahan satu kali pada tingkat harga. Ada kemungkinan juga bahwa dampak inflasi justru bisa lebih persisten.
“The Fed akan membuat kebijakan moneter untuk menghindari besarnya dampak kebijakan tarif, dan pada akhirnya menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjaga dengan baik,” tutur Powell.
Seperti diketahui, The Fed telah mempertahankan suku bunga The Fed di kisaran 4,25% hingga 4,50% sebanyak 3 kali sejak pengumuman kebijakan tarif Presiden Trump.
The Fed terakhir kali menurunkan suku bunga pada Desember 2024. Sebelumnya, The Fed telah mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023.
Bank Sentral AS kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih dari setahun sebelum memangkasnya pada September 2024 dan dilanjutkan pada November serta Desember 2024 dengan total 100 basis poin (bps) sepanjang tahun lalu.
Berikut ringkasan keputusan The Fed:
1. Tidak mengubah suku bunga untuk pertemuan ketiga berturut-turut
2. Inflasi tetap “agak tinggi”
3. Ketidakpastian tentang prospek telah “meningkat lebih jauh”
4. Risiko pengangguran dan inflasi yang lebih tinggi telah meningkat
5. Memperhatikan risiko pada kedua sisi untuk menetapkan kebijakan moneter
6. Melihat risiko stagflasi yang lebih tinggi di masa mendatang terus berlanjut meskipun Trump menyerukan pemangkasan.
Berikut ringkasan komentar Gubernur The Fed, Jerome Powell:
1. Perubahan perdagangan yang tidak biasa mempersulit pengukuran PDB
2. Ekspektasi inflasi jangka pendek telah meningkat
3. Tarif sejauh ini jauh lebih besar dari yang diharapkan
4. Menghindari inflasi akan tergantung pada ukuran dan waktu tarif
5. Ada “waktu untuk menunggu” sebelum menyesuaikan kebijakan Fed 6. Responden survei menunjukkan tarif sebagai pendorong ekspektasi inflasi. (jea)