BRIEF.ID – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mengaku dirinya adalah seorang ekonom gagal. Ini diakuinya dalam Sarasehan 100 Ekonom Indef yang diadakan CNBC Indonesia di Jakarta, pada Rabu (3/12/2024).
“Dulu, cita-cita saya masuk Fakultas Ekonomi UI. Waktu saya kuliah pun di Harvard, sampai tingkat 3 jurusan ekonomi, waktu tingkat 3 berubah pikiran. Jadi tidak selesai dengan gelar ekonominya,” kata Stella.
Karena kegagalannya itu, Stella ingin mempergunakan kesempatan untuk bertanya kepada 100 Ekonom, yang hadir pada acara itui. Ada empat pertanyaan yang diajukannya.
“Saya ada 4 pertanyaan terhadap 100 ekonom di sini, mohon dijawab. Satu jawaban penuh dan bagus untuk pertanyaan yang manakah silahkan para professor menjawab,” katanya.
Pertanyaan pertama, kebijakan atau prosedur ekonomi apa yang dilakukan sehari-sehari di Kementerian/Lembaga yang bisa membuat riset dianggap sebagai investasi dan bukan melulu soal pengeluaran.
“Jadi saya menanyakan kepada saudara-saudara apa yg bisa dibuat? kebijakan ekonomi apakah? prosedur ekonomi apakah yang bisa mengubah pemikirian ini? sehingga kita bisa mencapai The Romer model of economic growth?,” paparnya.
Pertanyaan kedua adalah untuk menghasilkan riset yang kompetitif dan berkualitas diperlukan dana yang besar, terutama kontribusi dari industri. Hal ini sudah terjadi di negara- negara maju atau negara yang hampir jadi negara maju dan berkembang, terutama sekali karena industri berbasis teknologi.
Namun, kata Stella, industri di Indonesia masih sangat segan berinvestasi karena sedikitnya riset yg berkualitas.
“Ini bisa saya jelaskan secara gamblang karena sudah saya teliti angka-angkanya, karena sudah banyak dana dari Kemendikti, sains tech pun mengeluarkan sebagai dana pandanan, industri tidak mau match, tidak mau berpadani karena mreka tidak yakin bahwa riset yang akan mereka investasikan itu riset yang berkualitas. Ini kan menjadi dilema ayam dan telur. Bagaimana memecahkan dilema ayam dan telur ini, mana telurnya mana ayamnya?” kata Stella.
Pertanyaan ketiga untuk 100 Ekonom, lanjutnya, skema ekonomi dan pendanaan apakah yang bisa dipakai untuk membiayai ekosistem perguruan tinggi. Stella menegaskan Indonesia membutuhkan dana untuk membangun ekosistem perguruaan tinggi yang berkualitas.
“Bagaimana skema ekonominya, apakah itu 80% dari pemerintah? apakah itu dari hasil-hasil yang dilakukan? apa itu dari swasta? skema ekonomi dan pendanaan apa yang dipakai untuk membiayai ekosistem perguruan tinggi? dan jawabannya harus di luar tambahan dana APBN?” ungkapnya.
Pertanyaan terakhir, Stella menunjukkan grafik yang dikeluarkan Dana Moneter Internasional (IMF). Grafik ini menunjukkan produktivitas riset. Riset terapan secara jangka panjang lebih sedikit dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas inovasi itu lebih sedikit.
Sementara itu, visi misi Indonesia Emas 2045 adalah tujuan jangka panjang. Namun, kebijakan ekonomi yang diambil selama ini hanya fokus pada jangka pendek, termasuk insentif yang diberikan untuk riset terapan.
“Saya ingin menanyakan kepada pakar bagaimana kita menghadapi masalah jangka pendek dan jangka panjang ini dengan tujuan meningkatkan ekonomi negara secara keseluruhan. Demikian empat pertanyaan, saya mohon dijawab,” kata dia. (nov)