BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis imbas kenaikan data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS pada Januari 2025.
Kurs rupiah di pasar spot pada hari ini, Kamis (13/2/2025), terpantau naik 0,04% atau 7 poin menjadi Rp16.383 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.376 per dolar AS.
Tekanan terhadap rupiah terutama dipicu pupusnya harapan pasar akan pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), setelah data inflasi CPI AS pada Januari 2025 naik signifikan.
Inflasi CPI pada Januari 2025 tercatat sebesar 0,5 month-on-month (mom), naik dibanding Desember 2024 yang sebesar 0,4%. Angka tersebut melampaui ekspektasi pasar di 0,3%.
Secara tahunan, inflasi CPI juga melesat menjadi 3% year-on-year (yoy) di Januari 2025, dibandingka 2,9% pada Desember 2024 (yoy).
Yang paling disoroti adalah inflasi inti CPI pada Januari 2025, angkanya naik menjadi jadi 0,4% (mom) dan 3,3% (yoy), jauh melampaui ekspektasi pasar di 0,3% (mom) dan 3,1% (yoy). Angka itu juga lebih tinggi dibanding Desember 2024 yang sebesar 0,2% (mom) dan 3,2% (yoy).
Dari dalam negeri, sentimen negatif terhadap rupiah datang dari tekanan pada mayoritas harga obligasi negara RI, ditandai dengan kenaikan imbal hasil di hampir semua kurva pada hari ini.
Hal ini membuat pelemahan rupiah terjadi, meskipun indeks dolar AS pada perdagangan pagi ini dibuka melemah di Asia dan stabil di kisaran 107,85.
Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia dibuka menguat hari ini, dipimpin oleh baht Thailand yang naik 0,29%, yen Jeopang 0,12%, dolar Singapura dan won Korea Selatan masing-masing 0,11%, dolar Taiwan 0,08%, dan dolar Hong Kong 0,01%.
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah diperkirakan masih melemah dan bergerak di kisaran level Rp16.380 per dolar AS hingga Rp16.400 per dolar AS.