BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah melemah hingga menembus level psikologis Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS), seiring sikap investor yang mencermati keputusan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan data transaksi antarbank hari ini, kurs rupiah dibuka melemah 0,07% atau 12 poin menjadi Rp16.461 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.449 per dolar AS.
Sementara di pasar spot, nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,15% menjadi Rp16.575 per dolar AS. Selanjutnya rupiah terus tertekan hingga menyentuh Rp16.501 per dolar AS pada 15 menit perdagangan berlangsung.
Hingga pukul 10:30 WIB, rupiah terpantau masih bergerak di zona negatif dan berada di level Rp16.525 per dolar AS.
Pelemahan rupiah dipicu lonjakan indeks dolar AS seiring kabar negosiasi perdagangan antara AS-Tiongkok akan berlangsung di Swiss dalam waktu dekat.
Melansir laporan kantor berita Tiongkok, Xinhua, disebutkan akan ada pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng selama kunjungan ke Swiss dari 9-12 Mei 2025.
Selain itu, lonjakan indeks dolar AS juga dipicu ekspetasi pelaku pasar terhadap keputusan Bank Sentral AS atau Federal Reserve terhadap suku bunga acuan.
Ketidakpastian perang tarif diprediksi akan membuat Federal Reserve menerapkan pengetatan kebijakan moneter, sehingga kemungkinan akan tetap menahan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR), meskipun konsensus berharap The Fed akan memangkas suku bunga.
Penguatan indeks dolar AS juga menekan mayoritas mata uang Asia pada perdagangan hari ini, yaitu Baht Thailand (-0,47%), Yen Jepang (-0,45%), Dolar Singapura (-0,29%), Yuan Offshore (-0,13%), Ringgit Malaysia (-0,12%), Yuan Renminbi (-0,06%), dan Dolar Hong Kong (-0,01%).
Sementara mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS, antara lain Peso Filipina (+0,56%), Won Korea Selatan (+0,45%), dan Dolar Taiwan (+0,20%).
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah diperkirakan cenderung melemah di kisaran level Rp16.450 per dolar AS hingga Rp16.550 per dolar AS. (jea)