BRIEF.ID – The Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), hari ini menggelar The Ensight atau Talkshow yang membahas tentang bioetanol di Gedung PYC, Jalan Bulungan 22, Jakarta Selatan.
The Ensight bertema “Bioetanol dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Energi Nasional” akan dibuka Ketua Umum PYC Filda Citra Yusgiantoro PhD.
Acara yang dimoderatori peneliti PYC, Hidayatul Mustafidah, menghadirkan para pembicara, yaitu Koordinator Program Studi Energi dan Lingkungan Berkelanjutan di Swiss German University Dr Ing Evita H. Legowo, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis di PT Pertamina Power Indonesia (NRE) Fadli Rahman PhD, dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan Dr Helda Risman MHan.
Sementara itu, Pendiri PYC Purnomo Yusgiantoro yang kini menjabat Penasihat Khusus Presiden Bidang Energi akan menyampaikan closing remarks.
Bioetanol menempati posisi strategis untuk menekan ketergantungan Indonesia pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemerintah juga mendorong pengembangan produksi bioetanol dari tebu, yang ternyata bisa digunakan sebagai campuran BBM jenis bensin.
Dalam upaya mendorong upaya itu, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Diharapkan payung hukum ini akan meningkatkan luasan lahan tebu, produktivitas, dan kualitas tebu nasional.
Saat ini, produksi bioetanol di Indonesia sekitar 40 ribu kiloliter (KL) per tahun. Target pemerintah pada tahun 2030 adalah 1,2 juta KL, yang diharapkan dapat mengurangi impor BBM sebesar 60%, khususnya untuk jenis bensin, yang mencapai 35,8 juta KL pada tahun 2022.
Data Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menunjukkan penurunan produktivitas pada tahun 2023 menjadi 70,7 ton per hektare tebu. Bahkan, saat ini produktivitasnya jauh lebih rendah dibanding level tertinggi pada tahun 2010 yang mencapai 81,8 per ha. (nov)