BRIEF.ID – Utusan khusus ASEAN bertemu Panglima Junta Myanmar, Min Aung Hlaing, untuk membahas 3 isu krusial terkait keanggotaan negara tersebut di kawasan Asia Tenggara.
Myanmar telah diisolasi oleh negara-negara ASEAN sejak terjadi kudeta militer pada 2021. Pemimpin negara-negara ASEAN sejauh ini telah melakukan upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik di Myanmar, namun berakhir tanpa hasil.
Sejak Junta Militer melakukan kudeta dan menguasai pemerintahan Myanmar, para pemimpin militer negara itu tidak pernah terlibat dalam KTT ASEAN karena penolakan mereka terhadap upaya perdamaian. Kudeta militer di Myanmar telah menyebabkan sebanyak 2,7 juta orang mengungsi.
Pada Rabu (15/5/2024), Panglima Angkatan Darat atau Panglima Junta Myanmar, Min Aung Hlaing, bersedia melakukan pertemuan dengan Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar, yaitu Alounkeo Kittikhoun, dan Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, Di Naypyidaw.
Seperti dilansir Global New Light of Myanmar, dalam pertemuan itu Panglima Junta Myanmar dan pejabat tinggi ASEAN bertukar pandangan mengenai 3 isu krusial.
“Mereka membahas kerja sama terbaik Myanmar di ASEAN, kondisi partisipasi Myanmar dalam pertemuan ASEAN, dan rencana Junta Militer untuk mengadakan pemilu baru,” demikian laporan Global New Light of Myanmar, Jumat (17/5/2024).
Krisis Myanmar telah memecah belah ASEAN. Indonesia, Malaysia, dan Filipina telah menyerukan tindakan yang lebih keras terhadap junta, sementara Thailand telah mengadakan pembicaraan bilateral dengan para jenderal serta pemimpin demokrasi yang ditahan Aung San Suu Kyi.
Tahun lalu, para pejabat di Indonesia mengadakan pembicaraan dengan “Pemerintah Persatuan Nasional” yang didominasi oleh anggota Parlemen Myanmar yang digulingkan dalam kudeta militer.
Pada Januari 2024, junta militer mengirim seorang birokrat senior ke pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Laos. Momen tersebut merupakan keterlibatan utusan Myanmar pertama kalinya di pertemuan tingkat tinggi ASEAN sejak tahun 2021. (Jeany Aipassa)