BRIEF.ID – Mayoritas rakyat Indonesia tidak yakin Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikap netral pada Pilpres 2024.
Direktur Riset dan Survei Indonesia Political Expert (IPE) Agustanto Suprayoghi menyatakan, hasil Survei Politik, Ekonomi, dan Elektabilitas Capres-Cawapres Pemilu Indonesia (SPEED) pada Januari 2024, menyebutkan bahwa alasan utama Jokowi tidak netral adalah membela putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka yang maju menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka.
“SPEED sebetulnya memotret masalah ketidakpuasan masyarakat ini dari Survei pertama yang dilakukan di rentang Agustus-September 2023. Angka awal hasil survei pertama ini, dijadikan landasan (baseline) guna melihat bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap bidang tertentu di tiap waktunya,” ungkap Agus di Jakarta, Jumat (26/1/2024).
Lebih lanjut dia menerangkan, bahwa selain mengulik elektabilitas, hal yang ditanyakan kepada responden dalam survei juga menyentuh tentang kondisi ekonomi, politik, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Khusus untuk putaran pertama, pada Januari 2024 ada penambahan pertanyaan yang diajukan kepada responden yakni tentang netralitas penyelenggara pemilu, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Penjabat (Pj) Kepala Daerah, dan netralitas Presiden.
“Uniknya, saat ditanya tentang netralitas Presiden, sebanyak 55,20% responden menilai bahwa presiden tidak lagi netral dalam pemilu. Ada empat hal yang dapat kami rangkum dari responden saat ditanya mengapa mereka cenderung tidak yakin terhadap netralitas Presiden. Sebanyak 57,1% yang tidak yakin presiden netral, meyakini bahwa presiden melakukan ini karena membela Gibran, yang notabene anaknya. Lalu, 21,2% responden berpendapat bahwa ini dikarenakan kedekatan presiden dengan Prabowo,” ungkap Agus.
Hal berikutnya yang diungkapkan oleh responden yang tidak yakin bahwa Presiden netral adalah sebanyak 12,4% melihat ini dikarenakan secara politik presiden saat ini berseberangan dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Lalu, sejauh mana netralitas TNI, Polri, Komisi Pemilihan Umum (KPU0, dan perangkat daerah?
Dari survei yang dilakukan, menurut Agus, 49,8% responden tidak yakin Polri netral. Sedangkan, persentase TNI tidak netral sedikit lebih rendah yakni 46,7% persen.
Dia membeberkan tiga alasan utama rakyat meragukan netralitas TNI pada Pilpres 2024, menurut hasil survei adalah apa yang dilakukan TNI dikarenakan tekanan dari Presiden sebanyak 47,7%, pimpinan TNI dijanjikan jabatan lebih tinggi 29,9%, dan kembalinya dwifungsi TNI 16,4%.
Adapun alasan meragukan netralitas Polri adalah tekanan dari Presiden (49,1%), pimpinan Polri dijanjikan jabatan lebih tinggi (30,4%), dan dijanjikan anggaran lebih besar (14,4%).
Pada survei yang dilaksanakan pada Januari 2024 itu juga memotret ketidak netralan kepala daerah pada Pilpres 2024.
Sebanyak 51,1% responden tidak yakin kepala daerah netral.
Alasan utama kepala daerah tidak netral adalah tekanan dari presiden (48,1%), penjabat kepala daerah dijanjikan jabatan lebih tinggi (24,3%), dan Pemda dijanjikan tambahan anggaran (20,2%).
“Kami juga menemukan 47,9% responden tidak yakin KPU netral karena tekanan kekuasaan, imbalan materi dari kontestan dan dijanjikan jabatan,” katanya.
Agus menambahkan, dari survei yang dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia (416 kabupaten dan 98 kota) sebanyak 45,8% responden tidak yakin Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)bertindak tegas menindak pelanggar pemilu.
Bawaslu dinilai tidak tegas karena tekanan kekuasaan (47,2%), imbalan materi dari kontestan (22,6%), dijanjikan jabatan (17,1%).
SPEED merupakan Survei yang dilaksanakan secara berkala oleh IPE dengan kriteria responden survei adalah warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak pilih, terdaftar di Daftar Pemilih Tetap (DPT), berusia 17 tahun, dan telah menikah, serta menggunakan metode pengambilan sampel secara purposive random sampling. Jumlah responden 2.400 orang, sampling error 2% dengan tingkat kepercayaan 95%.
No Comments