BRIEF.ID – Ketua Umum (Ketum) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Arif Satria mengatakan, ibadah haji menjadi inspirasi untuk membangun peradaban baru Indonesia. Ia menyatakan, pentingnya memaknai kembali simbol-simbol ibadah haji, khususnya ritual sa’i antara Bukit Sofa dan Marwah, sebagai refleksi nilai perjuangan, kesabaran, dan ketangguhan.
“Siti Hajar tidak pasrah pada keadaan. Ia tidak lemah dalam menghadapi ketidakpastian. Tapi justru karena kasih sayangnya yang luar biasa pada Ismail, itu menjadi energi besar untuk tawakal, ikhlas, dan sabar,” kata Arif saat memberikan keterangan pers secara daring penyelenggaraan ibadah haji 2025 di Jakarta, Senin (9/6/2025).
Arif memaparkan perjalanan Siti Hajar dalam mencari air bagi putranya, Nabi Ismail, menyimpan pelajaran mendalam bagi umat Muslim di era modern. Keteladanan yang ditunjukkan Siti Hajar, lanjutnya, dalam kondisi sulit menggambarkan bahwa kesabaran dan tawakal bukanlah bentuk kepasifan, melainkan sumber energi untuk terus berjuang.
“Kesabaran bukanlah kondisi pasif. Tawakal bukanlah kondisi pasif. Tapi adalah elemen penting, baterai bagi sebuah perjuangan,” tegasnya.
Disebutkan, pentingnya kerja keras sebagai bagian dari karakter utama umat Islam. Ia menyampaikan bahwa kualitas kerja adalah penilaian penting dalam kehidupan. Arif juga mengaitkan makna Sofa dan Marwah dalam konteks turunnya ayat tentang ulul albab pada Al-Quran.
Menurutnya, mereka yang tergolong ulul albab adalah orang-orang yang mampu menyeimbangkan antara zikir dan pikir, dan menyadari bahwa tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia.
“Ciptaan alam termasuk Sofa dan Marwah, dua bukit tandus di kota Makkah, bukan tanpa alasan. Itu juga bentuk kebersamaan Allah SWT,” ujarnya.
Arif menegaskan bahwa ilmu pengetahuan merupakan instrumen penting untuk memahami dan mengolah rahasia ciptaan Allah. Ia meyakini bahwa peradaban masa depan harus dibangun di atas fondasi hati yang bersih, iman yang kuat, serta ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
“Kita punya mimpi besar agar Indonesia menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dengan Tuhan yang Maha Pengampun) dengan kekuatan hati, kekuatan zikir, dan kekuatan pikir,” ujar dia. (nov)