BRIEF.ID – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan, rencana penggabungan (merger) maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air telah masuk dalam peta jalan (road map) enam bulan ke depan.
Erick mengatakan sudah mengumpulkan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, PT Pelita Air, dan Direktur Utama Citilink sebagai anak usaha Garuda Indonesia untuk membahas peta jalan enam bulan ke depan.
“Ya, ini bagian dari road map enam bulan ke depan. Kenapa saya kumpulkan hari ini? Itu menjadi bagian diskusi mengenai rencana penggabungan maskapai milik BUMN,” kata Erick usai memimpin rapat yang dihadiri Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Pandjaitan, Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan, Direktur Utama Citilink Indonesia Dewa Kadek Rai, pimpinan InJourney Airports, dan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia di Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Rapat khusus membahas upaya menjaga keselamatan penerbangan Indonesia di tengah maraknya insiden kecelakaan penerbangan di beberapa negara, persiapan antisipasi lonjakan penumpang Lebaran 2025, serta merger Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air.
Erick menuturkan nantinya penggabungan tiga perusahaan maskapai penerbangan milik BUMN itu akan dipisahkan baik dari sisi pengelola bandara dan penerbangannya. Sementara itu, untuk penerbangan akan dibicarakan lebih lanjut mengenai sinergi dan restrukturisasinya.
“Kalau antara airport dan penerbangan tetap dipisah. Tetapi antara penerbangan ini nanti tentu kita bicara bagaimana sinergi dan juga restrukturisasinya,” kata dia.
Disebutkan, ekosistem penyelesaian industri penerbangan dan seluruh servisnya tidak berhenti.
“Karena itu kan B2B korporasinya. Tapi kalau blueprint-nya, rancangannya itu ya nggak di-delay. Itu kan bagian dari bagaimana kita konsolidasi yang lebih bisa maksimal,” ujarnya.
Erick berharap penggabungan dari tiga perusahaan maskapai tersebut dapat rampung pada tahun ini. Hal itu juga merupakan bagian dari solusi efisiensi penerbangan.
“Ya ini enam bulan, kalau bisa tahun ini. Kenapa tahun kemarin nggak? Loh kajiannya kan semuanya. Nggak bisa sepotong, kan yang penting intinya, solusi buat efisiensi penerbangan nasional ini,” kata Erick. (nov)