BRIEF.ID – Proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi cerah pada tahun ini, seiring kondisi perekonomian Indonesia yang makin tangguh dibandingkan global. Tahun ini diprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5% dan inflasi pada Februari 2023 tercatat 5,47%. Ketangguhan ekonomi nasional diyakini berperangaruh signifikan bagi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengamat pasar modal sekaligus Founder Indonesia Superstock Community Edhi Pranasidhi mengatakan, per Kamis (9/3/2023) aksi beli beli asing (foreign net buy) di pasar modal Indonesia tercatat sebesar Rp 3,819 triliun. Mengacu pada MSCI AC Asia ex Japan Index, MSCI Asia Pacific Index maupun MSCI China Index, setiap tahun aksi beli asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp 60 triliun. Namun, tahun lalu, aksi beli asing tercatat Rp70 triliunan.
“Kita belum tahu apakah tahun ini mendapat foreign net buy Rp 60 triliun. Belum tahu. Atau misalnya paling sialnya Rp 40triliun – Rp50 triliun. Per Rp10 triliun itu setiap tahunnya bisa menaikkan IHSG antara 40 sampai 60 poin. Biasanya kalau asing beli akan diikuti investor domestik, tapi ada juga yang jualan,” kata Edhi saat menjadi pembicara pada Investment Talk bertema “Q2 Outlook: IHSG is Sandwiched between Global Recession Worries & Domestic Economy Strength” yang diselenggarakan D’ORIGIN Financial & Business Advisory dan IGICO Public Affairs Advisory, pada Jumat (10/3/2023).
Edhi mengungkapkan, hingga Kamis (9/3/2023) terdapat 822 listed companies di pasar modal Indonesia dengan kapitalisasi pasar mencapai US$ 610 miliar atau setara Rp 8.700 triliun – Rp9.000 triliun. Adapun market cap to gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) ratio hanya 59% dibandingkan rata-rata pasar saham dunia yang sekitar 100%-133%.
“Kalau berpikir normal-normal, lurus-lurus saja, ini lebih murah dari pada dunia kalau dilihat dari market cap ratio terhadap GDP. Karena menurut Warren Buffett, beberapa instasi keuangan, market cap ratio di bawah 75% itu murah. Ini artinya Indonesia masih murah,” ujarnya.
Edhi memproyeksikan level IHSG pada tahun ini akan menembus angka 7.948, sedangkan pada penutupan pasar tahun lalu berada di level 6.850.
Proyeksi level IHSG itu jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 4,5%. Pula dengan estimasi earning per share (EPS) IHSG 2023 mencapai 509,5 atau lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 458. Sementara price earning ratio (PER) diestimasikan pada rerata tertinggi dalam lima tahun terakhir yakni sekitar 15,6 kali.
“Pada tahun 2023 level tertinggi IHSG estimasinya 15,6 dikali 509,5 sama dengan 7.948,” kata Edhi.
Optimisme itu, lanjut Edhi, tak terlepas dari kondisi perekonomian Tanah Air yang bisa lebih positif jika dibandingkan dengan ekonomi global. Mengacu pencapaian tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,31%.
Dikatakan, pada tahun ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5%, dibandingkan global yang hanya sekitar 2,9%.
Inflasi secara nasional juga terbilang rendah dibandingkan rata-rata global. Per Februari 2023, inflasi nasional tercatat sebesar 5,47% dibandingkan proyeksi inflasi global yang mencapai 6,5%.
“Artinya we are still much better than the average of the world. Banggalah pada negara sendiri. Inflasi masih bisa kita manage,” kata Edhi.