BSI Wakili Indonesia di UN ECOSOC Forum, Optimistis Keuangan Syariah Tumbuh Pesat di Tingkat Global

BRIEF.ID – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) optimistis keuangan syariah akan tumbuh pesat di tingjat global dan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Pernyataan itu, disampaikan Direktur Keuangan & Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, saat memaparkan konsep keuangan syariah ke dalam kerangka pembiayaan untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) dalam Joint SDG Fund, dan United Nations Development Programme (UNDP) yang diselenggarakan Pemerintah Indonesia di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat.

BSI menjadi perwakilan Indonesia dalam Side Event of 2025 United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) Forum on Financing for Development (FFD) tersebut.

United Nations Economic and Social Council (UN ECOSOC) atau Dewan Ekonomi & Sosial PBB merupakan salah satu dari enam badan utama PBB yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, kesehatan serta hak asasi manusia.

UN ECOSOC akan mengadakan Konferensi Internasional ke-4 tentang Pembiayaan untuk Pembangunan atau Financing for Development (FfD4), di Spanyol, pada Juni hingga Juli 2025.

Konferensi Internasional ke-4 tentang Pembiayaan untuk Pembangunan (FfD4) merupakan pertemuan global tingkat tinggi yang diadakan setiap 10 tahun sekali, dimana para pemimpin negara, bersama dengan organisasi internasional dan regional, lembaga keuangan dan bisnis, masyarakat sipil, dan dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendorong kerja sama internasional yang lebih kuat terkait Pembiayaan Pembangunan dan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

UN ECOSOC Forum on Financing for Development merupakan momentum untuk membahas pandangan strategis dan inovasi tentang isu pendanaan pembangunan menjelang pertemuan puncak Konferensi Internasional ke-4 tentang Pembiayaan untuk Pembangunan atau Financing for Development (FfD4).

Dalam pemaparannya, Cahyo yang mewakili BSI menekankan prospek positif perkembangan sektor keuangan syariah global ke depan mengingat karakter keuangan syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip keadilan, pemerataan, inklusivitas, dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan SDGs.

“Inklusivitas menjadi salah satu nilai unik keuangan syariah yang dilirik oleh masyarakat dunia. Melalui inklusivitas, sektor keuangan syariah menghadirkan layanan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama dari kalangan yang selama ini underbanked dan unbanked,” kata Cahyo di forum tersebut.

Dia menuturkan, keuangan syariah tidak hanya memberdayakan individu tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia yang lebih adil dan berkelanjutan.

Prinsip-prinsip yang ada di keuangan syariah sangat sesuai dengan cita-cita pembangunan global, yang memperjuangkan manfaat ekonomi riil dan keberlanjutan.

“Prinsip-prinsip tersebut menumbuhkan semangat saling menguntungkan, yang didukung kerangka etika dampak sosial, dan lingkungan yang kuat. Selain itu, prinsip-prinsip ini memprioritaskan transparansi, yang menjadikan keuangan syariah bukan sekadar pilihan finansial, melainkan juga komitmen untuk masa depan yang lebih adil dan bertanggung jawab,” ujar Cahyo.

Dia mengungkapkan, BSI memiliki beberapa agenda besar dalam mendukung keuangan syariah yang lebih inklusif dan memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap pencapaian SDGs.

BSI juga mendukung target pencapaian Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 dengan berbagai upaya, diantaranya melalui campaign Green Business Culture, menghitung emisi karbon perseroan menggunakan platform Digital Carbon Tracking dan terus berupaya meningkatkan penyaluran pembiayaan berkelanjutan yang fokus pada sektor UMKM, produk ramah lingkungan, dan energi bersih.

Terkait dengan itu, BSI juga berkolaborasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang berfokus untuk memperluas Islamic Ecosystem dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan, lewat kehadiran Green Zakat.

Tiga Pilar

Cahyo menjelaskan, ada tiga pilar utama yang dipegang BSI dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip ESG pada operasional perusahaan. Pertama, sustainable banking yang terdiri dari inisiatif peningkatkan tata kelola, pengembangan produk keuangan, dan peningkatan penyaluran pembiayaan berkelanjutan.

Kedua, sustainable operation yang meliputi inisiatif pencapaian target NZE, transformasi digital, dan perlindungan data pribadi. Ketiga, sustainable beyond banking yang mencakup inisiatif perluasan akses layanan keuangan bagi masyarakat serta optimalisasi distribusi zakat, infaq, sedekah dan wakaf (ZISWAF) untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.

Cahyo menegaskan, dalam menjalankan implementasi ESG, BSI memiliki visi untuk menjadi The Best Global Islamic Bank Based on Implementation Sustainable Finance. Dalam mencapai visi tersebut, BSI memiliki sejumlah misi yang terus menjadi komitmen perseroan.

Misi tersebut, yaitu memberikan akses keuangan berkelanjutan dengan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, serta menjadi bank yang memberikan kontribusi terbaik kepada ekonomi, lingkungan, dan sosial.

“Selain itu, BSI juga mengumumkan keanggotaan terbaru dalam United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP FI), yang memperkuat komitmen BSI dengan menandatangani Principles for Responsible Banking. Bersama-sama, kita membayangkan masa depan yang lebih hijau dan bererkelanjutan,” ungkap Cahyo.

Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, lanjutnya, BSI memiliki sejumlah produk ataupun instrumen keuangan syariah berkelanjutan, antara lain adalah Sustainability Sukuk dan Green Zakat.

Sustainability Sukuk BSI atau Sukuk Mudharabah Keberlanjutan merupakan pembiayaan dengan kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) dan Kegiatan Usaha Berwawasan Sosial (KUBS). Instrumen ini akan memberikan nilai tambah berbeda bagi investor yakni memberikan manfaat besar dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan.

BSI telah mengukir sejarah dengan menerbitkan Sukuk Keberlanjutan pertama di Indonesia, senilai Rp3 triliun dan telah memberikan dampak sosial dan lingkungan yang nyata dan terukur diantaranya :

  1. Penyediaan 152 fasilitas kesehatan dan 78 fasilitas pendidikan
  2. Peningkatan akses layanan kesehatan untuk lebih dari 168.000 orang penerima manfaat
  3. Penyediaan akses terhadap infrastruktur pendidikan yang lebih baik untuk 80.000 siswa
  4. Pencapaian ketersediaan 148.000 MWh energi bersih, yang menghasilkan pengurangan 130.000 ton setara CO₂.
  5. Penyediaan 28.000 rumah yang memberi manfaat bagi 84.000 orang sekarang dengan akses air bersih.
  6. Sukuk diperkirakan membantu menghindari emisi CO₂e yang sangat tinggi, yakni sebesar 45 juta ton.

“Pencapaian ini menunjukkan kekuatan keuangan Islam untuk menghasilkan laba dan mendorong dampak secara bersamaan,” tutur Cahyo.

Adapun, Green Zakat merupakan hasil kolaborasi antara BSI dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI dan UNDP. Green Zakat Framework merupakan kerangka kerja yang bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai keberlanjutan dalam praktik zakat.

Kerangka ini didesain untuk memahami zakat tidak hanya sebagai instrumen pengentasan kemiskinan, tetapi juga sebagai alat untuk mendukung kelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Green Zakat Framework akan memberikan peningkatan terhadap relevansi zakat serta dampaknya bagi sosial dan lingkungan.

“Di BSI, kami tidak hanya bergerak di bidang perbankan, kami menginspirasi perjalanan yang melampaui transaksi keuangan. Bank Syariah Indonesia adalah sahabat yang setia dalam hal keuangan, sosial, dan spiritual. Visi kami adalah menetapkan standar sebagai mercusuar global yang ideal bagi perbankan Islam, menciptakan warisan yang selaras dengan kasih sayang dan tujuan bersama,” kata Cahyo.

Menurut dia, keuangan syariah menjadi kekuatan penting dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia dan memberikan kontribusi substansial bagi pembiayaan dan sosial.

Peran penting itu juga ditampilkan dalam Kerangka Pembiayaan Nasional Terpadu, Asta Cita, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, dan Rencana Induk Keuangan Islam Indonesia.

“Hal ini diwujudkan dalam kebijakan yang dibentuk oleh peraturan keuangan berkelanjutan,” ujar Cahyo.

Pertimbangan Kuat

Agustin Arry Yana, Direktur Pendanaan Multilateral Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengatakan pemerintah mengajak serta BSI sebagai perwakilan Indonesia pada UN ECOSOC Forum dengan pertimbangan kuat, yaitu melihat ekonomi syariah yang memiliki karakter berdaya tahan tinggi (resilience), dengan sifatnya yang adaptif dan fleksibel (agile), serta memiliki sumber daya kuat yang dapat membuatnya tetap berjalan (sustain).

Apalagi BSI juga turut serta dalam memberikan gagasan dan pelaksanaan pembiayaan syariah yang inovatif dan berkelanjutan dalam mendukung pembangunan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia.

Menurut dia, BSI sebagai bank syariah terbesar nasional sekaligus konsisten menjaga perannya sebagai lokomotif sektor keuangan dan ekonomi syariah, merupakan representasi yang tepat bagi Indonesia dalam forum internasional tersebut.

“Kami melihat kiprah dan pencapaian BSI selama ini di sektor perekonomian syariah menjadikannya cocok sebagai representasi Indonesia di forum UN ECOSOC. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan semangat Asta Cita dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” ujar Agustin. (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

BRI Cetak Laba Bersih Rp13,80 Triliun di Triwulan I 2025, UMKM Tetap Jadi Fokus Bisnis

BRIEF.ID - PT Bank Rakyat Indonesia  Tbk (BRI) mencetak...

Rano Pertimbangkan Naik Angkutan Umum Tiga Kali Sepekan

BRIEF.ID - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno...

Prabowo Pastikan Berpidato Pada Hari Buruh Internasional

BRIEF.ID – Presiden Prabowo Subianto akan berpidato pada peringatan...

Mentan Sebut Ketahanan Pangan Nasional Meningkat

BRIEF.ID - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan,...