Dirut BSI Hery Gunardi: Strong Leadership Erick Thohir Lahirkan BSI

August 1, 2024

BRIEF.ID – Keberhasilan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membentuk PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk pada tahun 2021 menjadi tonggak pencapaian perbankan syariah di dalam negeri. Cita-cita memiliki bank syariah yang mumpuni terealisasi berkat sinergisitas dan transformasi yang digulirkan.

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi mengungkapkan, penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah sejatinya bukan perkara mudah. Namun, Erick sebagai nahkoda Kementerian BUMN mampu mengatasi tantangan demi mewujudkan harapan Indonesia yang selama ini terpendam.

“Pak Erick punya strong leadership. Ia gesit mengambil keputusan. Seorang pemimpin yang decisive,” kata Hery di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Kesaksian Hery tentang gaya kepemimpinan Erick tertuang dalam buku berjudul “Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2045.”

Buku karya Indonesia Brand Forum (IBF) dan PT Balai Pustaka yang diluncurkan dalam gelaran IBF 2024 di Jakarta, Rabu (31/7/2024) berisi perjalanan serta strategi BUMN mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, termasuk menyoroti kepemimpinan Erick dan keberadaan Akhlak sebagai core values BUMN.

Menurut Founding Director IBF Yuswohady, buku ini berisi tulisan para direktur utama BUMN tentang model interaksi dan kepemimpinan Erick, dalam lima tahun terakhir.

Disebutkan, keberhasilan sebuah transformasi sangat dipengaruhi dan diwarnai gaya kepemimpinan (leadership style) pemimpinnya. Demikian juga prosesi transformasi BUMN yang berlangsung pada lima tahun terakhir.

“Untuk memahami leadership style ini, pendekatan riset yang saya lakukan agak berbeda. Saya bukan menggali secara langsung dari Pak Erick Thohir, tapi justru dari para Dirut BUMN yang berinteraksi dan merasakan praktik kepemimpinannya,” ucap Yuswohady.

Aktor di Balik Sukses BUMN

Yuswohady menyebut Erick sebagai aktor utama di balik kesuksesan BUMN mampu menjaga tren positif kinerja BUMN hingga berkontribusi positif kepada negara melalui pajak, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.

Gaya kepemimpinan Erick, lanjutnya, membuat BUMN mampu bersaing di kancah global sehingga aset BUMN saat ini mencapai Rp 8.978,1 triliun dan membukukan pendapatan Rp 2.292,5 triliun. Pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan superholding BUMN Singapura, yakni Temasek.

Menurut Yuswohady, Erick mampu mendorong BUMN menjadi lebih profesional dan kompetitif seperti Temasek hingga Aramco milik Kerajaan Arab Saudi. Sebagaimana Aramco yang mulai melakukan diversifikasi bisnis, Erick pun membenahi model bisnis BUMN agar menjadi lebih adaptif.

“Model BUMN sebagai korporasi seperti swasta sudah mulai terlihat, terutama proses efisiensi dan fokus bisnis melalui holdingisasi BSI, Pelindo, PTPN, hingga Ultramikro. Selama ini, asetnya kecil-kecil dan terpisah, tentu akan sulit bersaing,” sambung Yuswohady.

Selain fokus pada core business masing-masing, Yuswohady juga menilai penerapan digitalisasi mendorong laju transformasi BUMN menjadi lebih cepat. Yuswohady berharap capaian apik BUMN dapat terus terjaga dan meningkat ke depan.

“Saya berharap momentum ini terus berlanjut di Kementerian BUMN karena sudah ada fondasi. Kesinambungan Kementerian BUMN BUMN sangat penting, jangan sampai sudah bagus, tahun depan roboh lagi,” lanjut Yuswohady.

Menurut Yuswohady, judul buku ini terinspirasi dari orasi ilmiah bertajuk “Eternitas Transformasi BUMN: Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru” yang disampaikan Erick saat menerima penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa bidang Manajemen Strategis di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur (Jatim), pada Maret 2023.

“Judulnya gajah menari ini idenya dari Pak Erick yang di dalam kuliah pengukuhan di Unibraw, dia katakan BUMN harus besar seperti gajah namun pandai menari flamenco,” ucap dia.

Erick, lanjut Yuswohady, ingin BUMN tumbuh lebih besar dan tetap agile menghadapi dinamika ekonomi dan pasar. Konsolidasi melalui holding merupakan wujud komitmen Erick mencapai tujuan tersebut.

“Pak Erick ingin BUMN tidak hanya menjadi pemain di dalam negeri, tapi skala bisnis terus meningkat dengan holding,” ucap Yuswohady.

Alhasil, lanjut Yuswohady, kondisi BUMN kini jauh lebih lincah, indah, dan bertenaga bak gajah yang mampu menari flamenco. Hal ini berdampak besar dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara ekonomi terbesar pada 2045.

“BUMN kini benar-benar menjadi pilar dan katalis untuk ekonomi Indonesia,” kata dia.

No Comments

    Leave a Reply