BRIEF.ID – Kepala Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, Danantara akan bergabung dalam konsorsium yang dipimpin perusahaan asal Tiongkok, Zhejiang Huayou Cobalt pada proyek investasi senilai US$ 9,8 miliar.
Hal itu diungkapkan Rosan saat memberikan keterangan pers bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai rapat terbatas Kabinet Merah Putih di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis (22/5/2025).
“Karena sekarang ada Danantara, maka kita akan ikut masuk dalam rangka memperkuat konsorsium ini sehingga diharapkan kepemilikan proyek ini mayoritas bisa berada di konsorsium Indonesia, baik melalui BUMN maupun Danantara langsung,” jelas Rosan.
Danantara bergabung dengan konsorsium yang dipimpin Zhejiang Huayou Cobalt dalam proyek pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat posisi Indonesia dalam industri baterai global, dengan memanfaatkan cadangan nikel yang melimpah di dalam negeri.
Danantara, yang didirikan pada Februari 2025 dengan modal awal sekitar US$ 20 miliar, bertujuan untuk berinvestasi di sektor-sektor strategis seperti sumber daya alam, infrastruktur, dan ketahanan pangan.
Dalam konteks proyek baterai EV, Danantara juga sedang menjajaki kemitraan dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, untuk mengakuisisi saham di fasilitas pengolahan nikel berteknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang berlokasi di kawasan industri Weda Bay, Maluku Utara. Fasilitas yang kini mayoritas dimiliki Huayou, memiliki kapasitas produksi sekitar 72.000 ton nikel per tahun, dengan 42% di antaranya memenuhi spesifikasi baterai EV. (nov)