BRIEF.ID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan banyak negara antara lain, Jepang hingga China, tertarik melakukan investasi bisnis kendaraan listrik atau electronic vehicle (EV) di Indonesia.
Menurut Direktur Akses Sumber Daya Industri dan Promosi Internasional (ASDIPI) Direktorat Jenderal Ketahanan Perwilayah dan Akses Industri Nasional Kemenperin, Syahroni Ahmad, investasi tersebut bukan hanya pada bahan baku baterai kendaraan listrik, tetapi juga produksi kendaraan listrik hingga ekosistem EV.
“Sudah ada beberapa pihak internasional yang datang ke Kemenperin untuk ikut serta dalam bisnis EV di Indonesia, diantaranya Jepang, China, Korea Selatan, dan Taiwan,” ujar Syahroni Ahmad yang akrab disapa Roni, dalam konferensi pers, di Jakarta, Jumat (12/7/2024).
Menurut dia, pemerintah sedang gencar mempromosikan peluang investasi EV di Indonesia, terutama setelah ada kebijakan impor dari Amerika Serikat yang menaikkan hingga 100% bea masuk impor untuk produk EV dari China. Selain itu Eropa juga menaikan bea masuk impor produk EV China sebesar 37%.
Terkait dengan itu, China berencana untuk memproduksi EV di negara-negara lain termasuk di Turki dan Indonesia. Beberapa perusahaan China juga sudah masuk ke Indonesia.
“Kalau China mau memproduksi langsung mobil listrik dan juga motor listrik,” kata Roni.
Sementara Korea Selatan (Korsel) melalui Busan Techno Park ingin membuat pusat verifikasi atau pengecekan baterai EV di Indonesia.
Kemudian dengan pihak Taiwan berkaitan dengan rantai nilai global atau global value chain (GVC) di mana Indonesia berperan di situ.
“Kalau Taiwan mau masuk di Indonesia, sudah membuat pabriknya di kawasan industri Batam. Mudah-mudahan September bisa produksi, dan nanti untuk peluncurannya pada Agustus akan mengundang Menteri Perindustrian,” tutur Roni.
Pabrik yang di Batam tersebut untuk daur ulang baterai listrik, di mana baterai itu dihancurkan untuk diambil cobalt, litium, dan nikelnya lalu untuk dijual kembali ke perusahaan baterai listrik.
“Jadi untuk electric vehicle, Indonesia sangat berperan di situ. Memang untuk EV kita banyak berperan terutama untuk baterai kendaraan listrik,” ujar Roni.
Sedangkan Japan International Cooperation Agency (JICA) telah melakukan survei mengenai baterai kendaraan listrik terutama kendaraan roda dua sehingga nanti bisa didaur ulang.
“Untuk Jepang masih sekedar survei, dan belum memutuskan perusahaan mana yang akan masuk,” ungkap Roni.
No Comments