BRIEF.ID – Standard Chartered mengambil posisi konsolidasi dan bakal mengalihkan investasi di pasar Amerika Serikat (AS) ke Tiongkok, korea, dan emerging market.
Pernyataan itu, disampaikan Standard Chartered dalam Weekly Market Review atau Pandangan Pasar Mingguan, yang dikutip dio Jakarta, Senin (14/7/2025).
Lembaga keuangan dan investasi global tersebut, menilai konsolidasi terutama akan dialami aset berisiko, seperti saham, obligasi, dan valuta asing (valas).
Dijelaskan, aset berisiko akan mengalami konsolidasi, bertepatan dengan penguatan jangka pendek dolar AS. Reli dolar AS yang kuat, menyebabkan konsolidasi terejadi pada posisi investor terhadap pasar ekuitas AS dan Eropa.
Obligasi korporasi global dengan imbal hasil tinggi, ekuitas emerging market (pasar berkembang), dan obligasi mata uang lokal pun tampak melebar.
“Posisi sepihak yang ekstrem seperti itu meningkatkan risiko pembalikan jangka pendek. Kami akan menggunakan volatilitas jangka pendek apa pun untuk mengurangi paparan berlebih terhadap pasar AS dan beralih ke aset pilihan kami, termasuk ekuitas Tiongkok dan Korea di Asia kecuali Jepang dan obligasi mata uang lokal EM,” demikian pernyataan Standard Chartered, dalam Weekly Market Review.
Disebutkan, konsolidasi jangka pendek mungkin terjadi pada ekuitas global, yang telah mencapai rekor tertinggi baru, tetapi menghadapi hambatan, yakni posisi investor yang terlalu bullish.
Hal itu, terlihat dari indikator teknis (fraktal) dari Standard Chartered, yang menunjukan tingkat posisi investor sepihak, telah turun di bawah ambang batas utama (1,25) untuk beberapa kelas aset.
Adapun posisi investor sepihak yang ekstrem tersebut meningkatkan risiko pembalikan tren jangka pendek, seiring kebangkitan indeks dolar AS dari level terendah tiga tahun.
“Aset-aset berisiko kemungkinan akan berada di bawah tekanan lebih lanjut. Kami tidak akan mengejar reli aset berisiko pada tahap ini, tetapi akan melihat penguatan dolar AS sebagai peluang untuk melakukan diversifikasi dari aset dolar AS,” bunyi kutipan Standard Chartered.
Diprekirakan saham teknologi dan perbankan AS mengalami bullish, dengan ekspetasi laba pada kuartal II Tahun 2025 akan melampaui ekspektasi.
Terkait dengan itu, Standard Chartered tetap memberikan opini bullish pada obligasi pemerintah Inggris, meskipun ada kekhawatiran pemerintah Inggris dapat melonggarkan rencana konsolidasi fiskalnya mendorong imbal hasil lebih tinggi.
“Kami melihat perlambatan pertumbuhan yang mengarah pada pemotongan suku bunga BoE akhir tahun ini, yang menyeret imbal hasil obligasi pemerintah turun,” kata Standard Chartered.
Terkait dengan ekuitas Tiongkok dan Korea yang dinilai bullish, Standard Chartered menilai hal itu tidak terlepas dari dukungan kebijakan, dan valuasi yang menarik.
Obligasi pemerintah Tiongkok dan Korea serta emerging market pada posisi bullish, karena kekhawatiran fiskal berlebihan, perkirakan pemotongan suku bunga BoE seiring pertumbuhan dan inflasi melambat. (jea)