7 Perbedaan Ekonomi AS dan Tiongkok, Nomor 4 Picu Perang Dagang

BRIEF.ID – Ancaman perang dagang tak pelak membuat dunia diperhadapkan pada dua kekuatan ekonomi, yakni Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Kedua negara saling beradu kuat, lewat ancaman tarif impor dan pembatasan ekspor terhadap komoditas tertentu, yang kemudian menimbulkan goncangan pada pasar keuangan global.

Meski tensi perang dagang telah mereda, seiring sinyal terbukanya peluang negosiasi tarif impor antara AS-Tiongkok, dunia tetap harap-harap cemas.

Pasalnya, negosiasi yang akan dilakukan AS-Tiongkok, akan berdampak signifikan terhadap perubahan peta perdagangan dunia, bahkan ketergantungan terhadap dolar AS.

Kini,  semua mata mulai mengukur kekuatan AS-Tiongkok, dan bagaimana kedua pihak dapat meredakan ketidakpastian global akibat perang dagang.

Berikut 7 perbedaan ekonomi AS-Tiongkok, yang patut dicermati:

1. Sistem Ekonomi

AS:
– Penganut pasar bebas, ditandai pemerintah cuma membuat aturan dan terlibat sedikit pada mekanisme pasar. – Ekonomi jasa (tech, finance) mendominasi, ditambah konsumsi rakyat sekitar 70% Produk Domestik Bruto (PDB).
– PDB terbesar dunia (US$25 Triliun), pertumbuhan stabil (2%-3%)
– Fokus pada teknologi dan inovasi, seperti Apple, Google.

Tiongkok:
– Pemerintah pegang kendali penuh, melalui sistem “pasar sosialis” campuran pasar bebas sama kontrol negara. 
– Ekonomi gede (PDB US$18 Triliun), pertumbuhan ekonomi melambat (di kisaran 5%)
– Fokus bangun infrastruktur (kereta cepat, kota baru) dan ekspor barang murah.

Vibes: Tiongkok kayak tim yang main terorganisir, AS lebih freestyle tapi kreatif.

2. Peran Pemerintah

AS:
– Pemerintah lebih santai
– Bank Sentral (Federal Reserve) independen
– Kalau krisis, kasih stimulus gede (misalnya US$2 triliun pas COVID-19)
– Politik ribut (Demokrat vs Republik) bikin lambat.

Tiongkok:
– Pemerintah all-in: ngatur duit, bank, sampe perusahaan.
– Rencana 5 tahunan bikin target, misal jadi raja AI.
– Bisa gerak cepet kalau krisis, tapi kalo kelewat ketat, swasta kena batas.

Vibes: Tiongkok kayak coach yang galak tapi efektif, AS kayak coach yang kasih kebebasan tapi kadang drama.

3. Perusahaan

AS:
– Full swasta, dengan perusahaan besar bertaraf global, seperti Apple, Amazon, Tesla.
– Pemerintah cuma ngasih insentif, tapi kalau monopoli (kayak Google atau Facebook), dibawa di pengadilan.

Tiongkok:
– Ada BUMN gede (PetroChina, State Grid) yang dikontrol negara
– Perusahaan swasta skala besar, seperti Alibaba, Tencent.
– Kalau swasta kalo kepala besar (contoh: Jack Ma), kena disiplin.

Vibes: Tiongkok bagi-bagi peran buat BUMN dan swasta, AS serahin semua ke swasta.

4. Perdagangan

AS:
– Lebih banyak impor, defisit US$971M
– Jago ekspor teknologi, pesawat, dan jasa
– Dolar AS kuat, tapi kalo rantai pasok macet, pusing.

Tiongkok:
– Raja ekspor, surplus US$877M (tahun 2023)
– Jualan elektronik, pakaian, sampe apa aja
– Kalau kena tarif dari AS, pasti cari pasar lain (ASEAN, Afrika).

Vibes: Tiongkok kayak toko yang stoknya banyak, AS kayak brand premium yang jualan mahal.

5. Uang dan Bank

AS:
– Bank swasta, pasar saham raksasa (Wall Street)
– Dolar AS kayak Raja Midas, semua orang percaya
– Utang US$33T, tapi kecil karena dunia masih butuh dolar AS

Tiongkok:
– Bank negara ngatur kredit, yuan dikontrol ketat
– Punya tabungan devisa US$3,2 triliun
– Utang properti (contoh: Evergrande) bikin deg-degan.

Vibes: Tiongkok main aman sama duit, AS lebih berani tapi risky.

6. Tantangan

AS:
Politik ribut, utang besar, gap kaya-miskin lebar, dan takut Tiongkok nyalip di tech (AI, 5G).

Tiongkok:
Properti ambruk (Evergrande), penduduk orang tua makin banyak, kaya-miskin beda jauh, plus kena sanksi tech dari Amerika.

Vibes: Tiongkok kaya anak rajin yang keteteran tugas, AS kayak anak populer yang ribut sama temen.

7. Ketahanan Ekonomi

AS:
Tangguh karena inovasi (Silicon Valley) dan dolar AS, tapi kalau politik macet atau impor bermasalah, ekonomi goyang.

Tiongkok:
Kuat kalau krisis (contoh: COVID, perang dagang) soalnya pemerintah bisa all-in. Pasar domestik 1,4 miliar orang bantu banget.

Vibes: Tiongkok kayak tank, kuat tapi lambat. AS kayak mobil sport, cepet tapi rawan nabrak.

Sebagai catatan, saat Perang Dagang (2018-2020), Tiongkok membalas tarif AS, mencari pasar baru, dan perekonomian tetap tumbuh. Seebaliknya AS kena inflasi, tapi dolar AS bantu stabil.

Kemudian saat pandemi COVID-19 pada 2020, Tiongkok lockdown ketat, pulih cepat (+2,3%). AS menyalurkan banyak bantuan, tapi sempat chaos (-3,4%). (jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Baksos PYC-YKPI, Filda Yusgiantoro: Perempuan Rentan Terkena Kanker Payudara

BRIEF.ID - Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggandeng Yayasan Kanker...

IHSG Menguat Imbas Meredanya Tensi Perang Dagang AS-Tiongkok

BRIEF.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa...

Rupiah Menguat Tipis, Rawan Koreksi karena Kenaikan Indeks Dolar AS

BRIEF.ID - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika...

Harga Emas Antam Jeblok Rp22.000 Jadi Rp1.969.000 per Gram

BRIEF.ID - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk...