Mandiri Sekuritas Ungkapkan Prospek Cerah Saham BRIS

March 10, 2023

BRIEF.ID – Analis pasar modal saham perbankan pada Mandiri Sekuritas mengungkapkan, saham PT Bank Syariah Mandiri Tbk (BSI) dengan kode perdagangan BRIS memiliki prospek cerah dan layak dibeli.

Prospek saham BRIS yang baik didorong empat faktor utama, yaitu menguatnya tingkat penetrasi syariah, ruang pertumbuhan yang besar, meningkatnya permintaan produk syariah, dan peluang besar di segmen wholesale banking.

Hal itu diungkapkan analis pasar modal sektor perbankan  Mandiri Sekuritas,  Kresna Hutabarat dan Asisten Periset Boby Kristanto Chandra dalam riset yang dipublikasikan belum lama ini. Baik Kresna maupun Boby  menjelaskan, pemerintah menargetkan dalam 5-10 tahun ke depan  tingkat penetrasi perbankan syariah Indonesia  ditargetkan mencapai 15%.

“Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 22 September 2022, aset perbankan syariah tumbuh di atas 16% secara tahunan menjadi Rp 750 triliun. Ini  baru sekitar 7% dari pangsa pasar. Dan,  BSI  memegang sekitar 60% pangsa pasar atau aset perbankan syariah,”jelas  kedua analis  itu dalam  risetnya.

Kresna dan Boby menekankan bahwa hal itu menunjukkan pentingnya BSI sebagai salah satu katalis terkuat dan mesin pertumbuhan untuk aset perbankan syariah di Indonesia. Hal ini  menggambarkan bahwa pertumbuhan aset perbankan syariah akan berada di atas perbankan konvensional seiring  meningkatnya penerimaan keuangan syariah di Indonesia.

Faktor kedua adalah masih terdapat ruang pertumbuhan yang besar bagi BSI mengingat indeks literasi keuangan syariah pada 2022 baru sekitar  9,1%. Sedangkan secara total di tingkat nasional indeks literasi keuangan  sebesar 49,7%.

Indeks literasi keuangan syariah tentunya akan terus meningkat sejalan dengan animo masyarakat yang terus tumbuh terhadap industry keuangan syariah. Perbankan syariah juga berpotensi untuk mendorong pertumbuhan berbagai sektor seperti konsumen dan pembangunan sektor riil.

Faktor ketiga,  permintaan produk syariah yang sangat besar baik di segmen retail banking maupun wholesale banking. Mengacu pada data pemerintah,  sekitar 44% umat Islam di Indonesia lebih memilih produk syariah dibandingkan dengan produk konvensional.

“Inovasi dan perbaikan baik model bisnis maupun proses bisnis diperlukan untuk memberikan daya tarik tertinggi. Juga memperkuat service level kepada nasabah dan calon nasabah agar bank syariah dapat memperoleh lebih banyak nasabah dan karenanya memperbesar pangsa pasar,” demikian hasil analisa  Kresna dan Boby.

Faktor keempat  dan yang tak kalah penting adalah bank syariah yang memiliki peluang besar di segmen wholesale banking. Hal ini tak terlepas dari kenyataan bahwa Kementerian BUMN menghadapi banyak tantangan pembiayaan proyek infrastruktur dengan metode konvensional.

Pembiayaan Jangka Panjang

Kresna dan Boby mengatakan, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko pernah menyebutkan bahwa perbankan syariah memiliki model pembiayaannya yang lebih cocok untuk pembangunan infrastruktur jangka panjang, seperti di sektor pertambangan dan penggalian, jalan tol, pembangkit listrik, properti, kereta api, dan lain-lainnya. Sedangkan metode dasar konvensional adalah model amortisasi jangka pendek.

“Sistem perbankan syariah memungkinkan mencocokkan skema pembayaran dan jatuh tempo dengan kondisi riil aset. Oleh karena itu, hal tersebut memberikan lebih banyak peluang pertumbuhan bagi lembaga keuangan syariah untuk tumbuh di Indonesia,” kata mereka.

Mengutip data  perseroan, prospek kinerja yang positif pada 2023 pun sudah terlihat di awal tahun. Aset perseroan pada Januari 2023 meningkat 11,42% dibandingkan dengan posisi pada Januari 2022, menjadi Rp299,7 triliun dari Rp268,97 triliun.

Untuk pembiayaan posisi pada Januari 2023 mencapai Rp206,46 triliun. Jumlah itu naik sekitar 22,44% secara tahunan dari Rp168,63 triliun pada Januari 2022.  Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga naik 9,27% dari Rp235,52 triliun pada Januari 2022 menjadi Rp257,35 triliun pada Januari 2023.

Porsi dana murah (CASA) juga terus bertumbuh dengan penaikan sekitar 3,43% dari 56,97% pada Januari 2022 menjadi 60,4% pada Januari 2023. Kunci pertumbuhan tersebut adalah tabungan Wadiah yang bertumbuh 20,25% pada periode yang sama dari Rp 35,55 triliun menjadi 42,75 triliun. Sedangkan laba unaudited pada Januari 2021 mencapaiRp443,64 miliar, naik 38,50% dibandingkan Januari 2022 sebesar  Rp320,3 miliar.

ROE pada Januari 2022 mencapai 16,36% sedangkan Januari tahun ini 16,82%. Untuk CIR dari 52,49% menjadi 49% yang menandakan kinerja yang semakin efisien. Untuk NPF gross posisi pada Januari 2022 ada pada level 2,98% dan mampu ditekan menjadi 2,43% pada Januari 2023.

Kinerja saham, kedua periset itu merekomendasikan investor untuk membeli saham BRIS. Sebagai gambaran, harga saham BRIS sempat meroket dengan penaikan 23,57% pada pekan kedua Februari 2023. Bahkan harganya pada Kamis (16/2/2023) ditutup di level Rp1.625 per saham. Sedangkan pada penutupan pasar Selasa (7/3) saham BRIS ditutup di level 1.595.

Kenaikan saham BRIS pada perdagangan awal Februari 2023, dipicu  kabar masuknya investor asing sebagai pemegang saham perseroan. Ditambah pernyataan Wamen Tiko  yang  mengungkapkan  rencana pemerintah  mengocok ulang posisi pemegang saham di BRIS.

No Comments

    Leave a Reply