BRIEF.ID – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengatakan, industri perbankan syariah menjadi jangkar perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.
“Ekonomi syariah, terutama perbankan ini merupakan jangkar ekonomi syariah, menurut saya. Kita mulai dari situ, sebenarnya yang akan bisa menggerakkan ini adalah peran perbankan syariah itu,” kata Wapres pada acara Silaturahmi Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Kantor Pusat Bank Syariah Indonesia (BSI), Jakarta, Senin (13/5/2024).
Wapres meyakini bank syariah memiliki peran penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi syariah.
“Bank syariah nanti akan bisa mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dan melahirkan sekarang itu sebutnya ekonomi baru tidak lagi ekonomi konvensional tetapi ekonomi baru, pertumbuhan baru sehingga ekonomi nasional kita bisa besar,” kata Wapres.
Ia mengatakan, sejak tahun 2020 pemerintah telah menekankan empat fokus dalam pengembangan ekonomi syariah, yakni industri keuangan syariah, industri halal, bisnis syariah, dan lembaga sosial syariah.
Sebagai bentuk komitmen dalam pengembangan ekonomi syariah, lanjut dia, pemerintah juga telah membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
“Pemerintah juga terus mendorong, selain dengan aturan-aturan yang memberikan kemudahan, dari aspek kelembagaan pun dibentuk komite nasional yang dulunya Komite Nasional Keuangan Syariah kemudian diperluas menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Ini supaya bisa mencakup semua empat fokus itu,” kata Wapres.
Menurut Wapres, untuk menggerakkan potensi ekonomi syariah di daerah maka juga dibentuk Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS).
“Sekarang sudah ada 30 KDEKS, jadi dari 38 provinsi sudah 30 tinggal 8, 8 provinsi itu di Papua 6, plus NTT plus Bali, jadi ini yang belum komite daerahnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyampaikan, saat ini industri perbankan syariah secara nasional telah menunjukkan pertumbuhan positif.
Pada posisi Februari 2024, aset dan pembiayaan perbankan syariah tumbuh double digit secara tahunan, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan nasional.
“Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan market share aset perbankan syariah menjadi 7,33%, DPK (dana pihak ketiga) meningkat ke level 7,87%, untuk pembiayaan sangat menggembirakan, menjadi 8,11% pada periode yang sama. Sementara itu, potensi industri halal di Indonesia juga masih sangat besar, mencapai Rp 4.253 triliun,” kata dia.