BRIEF.ID – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin mengatakan, akal sehat dan hati bersih menjadi kunci merawat bangsa agar terhindar dari konflik.
“Jadi, kehilangan akal sehat, hatinya tidak bersih Ini saya kira yang menjadi sumber terjadinya ketidakrukunan atau terjadinya konflik-konflik. Ini yang memang harus kita suarakan,” kata Wapres saat menerima audiensi sejumlah tokoh bangsa yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa di Istana Wapres, Jalan Diponegoro Jakarta, Kamis (11/1/2024).
Para tokoh bangsa itu adalah Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, dan Alissa Wahid. Dalam pertemuan itu, seperti diberitakan ANTARA, Wapres mengapresiasi upaya para tokoh bangsa yang hadir membawa gagasan untuk menjaga dan merawat bangsa Indonesia.
“Saya senang sekali karena masih banyak tokoh yang mau berusaha untuk menjaga bangsa ini. Andaikata sudah tidak ada, saya kira keadaan bangsa Indonesia ke depan akan lebih parah karena tidak ada orang yang mau menyuarakan kebenaran dan kebaikan,” tuturnya.
Disebutkan, salah satu tantangan terdekat dalam merawat keutuhan bangsa adalah kontestasi Pemilu 2024, pada 14 Februari mendatang.
“Pemilu dapat menyebabkan polarisasi masyarakat yang berujung pada perpecahan,” kata Wapres.
Oleh karena itu, dia menekankan bahwa peran tokoh bangsa saat ini sangat perlu, khususnya untuk mengingatkan agar masyarakat dapat terus mampu menjaga batas perbedaan pilihan politik pada koridor yang tidak menimbulkan konflik.
“Saya pikir tokoh-tokoh ini harus terus melakukan upaya-upaya melalui berbagai pertemuan, forum, untuk menyuarakan harus seperti apa menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini,” ujarnya.
Menurut Wapres, perpecahan sama halnya mengkhianati perjuangan para pendiri bangsa yang telah berjuang menyatukan segala perbedaan pada masa lampau.
“Bisa dibayangkan negara seluas ini bisa disatukan, itu menurut saya bukan pekerjaan mudah. Bagaimana masa itu dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi, tetapi luar biasa bisa menyatukan berbagai etnik dan agama melalui kesepakatan nasional,” katanya.
Masih Ada Konflik
Sementara itu, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, istri presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, mengungkapkan keresahannya, terutama mengenai situasi menjelang pemilu dan masih adanya konflik di Tanah Air, seperti di Papua.
“Ini semua membuat kami prihatin bagaimana untuk menghadapinya karena semuanya ini adalah anak bangsa Indonesia yang kita cintai. Karena itu tergeraklah melihat situasi seperti ini, kami mempunyai pemikiran untuk mendirikan sebuah gerakan yang kita namakan Gerakan Nurani Bangsa,” tuturnya.
Gerakan ini, lanjut Sinta Nuriyah, bertujuan untuk mengajak para tokoh bangsa agar terus bergerak sekaligus menjaga komitmennya dalam merawat bangsa dan negara untuk generasi mendatang.
“Paling tidak, kami bisa memberikan contoh dan ketauladanan kepada generasi muda agar mereka bisa mencontoh dan meneladani apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa untuk merawat dan menjaga bangsa Indonesia ini dengan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Sementara itu, ulama senior Quraish Shihab menyampaikan pandangannya bahwa nurani umat manusia pada dasarnya terdiri atas tiga hal, yakni keadilan, amanah, dan hormat kepada orang tua.
“Ketika menamakan Gerakan Nurani Bangsa, sebenarnya arah kami kepada keadilan, amanah, dan hormat kepada orang tua. Kita ingin keadilan ini akan menyentuh semua pihak, kita ingin amanah itu ditegakkan, dan kita ingin menghormati orang-orang tua kita yang telah berjasa,” terang Quraish Shihab.
Pada kesempatan itu, Kardinal Suharyo mengingatkan pentingnya tiga kata yang memiliki akar yang sama sebagai kunci untuk merawat bangsa. Tiga kata itu adalah khalik (Sang Pencipta), makhluk ciptaan Tuhan, dan akhlak mulia.
“Kita semua berharap, ketika seseorang menyadari dirinya sebagai makhluk, kepada Sang Khalik (Sang Pencipta), dia mesti bersembah sujud dan beribadah, dan kepada lingkungan, dunia, dan sesama dalam kehidupan bersama dan berakhlak mulia,” ujar Suharyo.
Oleh karena itu, kata Suharyo, segi moralitas dasar menjadi sangat menentukan dalam upaya merawat bangsa.
“Kita boleh berbicara tentang ekonomi, berbicara tentang kebudayaan, dan sebagainya, tetapi kalau pengertian dasar ini tidak bertumbuh, moralitasnya tidak tangguh, lalu semuanya itu (upaya merawat bangsa) rasa-rasanya rapuh,” ujar dia.
No Comments