BRIEF.ID – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Jakarta menghadirkan duet Pramono Anung-Rano Karno sebagai kandidat yang menarik perhatian, menggabungkan pengalaman birokrasi dan popularitas di masyarakat.
Dalam konteks politik yang dinamis, pencalonan Pramono-Rano momen krusial untuk menilai arah kepemimpinan Jakarta, pada 5 tahun mendatang.
Namun, di tengah kompleksitas tata kelola perkotaan, muncul pertanyaan mendasar, apakah pasangan ini memiliki kapasitas, kredibilitas, dan visi yang memadai untuk menghadapi tantangan struktural Jakarta serta memenuhi aspirasi warganya dengan solusi yang nyata dan berkelanjutan?
Jakarta adalah kota dengan sejarah panjang sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya Indonesia. Namun, keputusan pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, Jakarta berada di persimpangan jalan besar. Tidak lagi menjadi pusat pemerintahan nasional, Jakarta perlu mendefinisikan ulang perannya.
Transformasi ini memerlukan kepemimpinan yang visioner, yang tidak hanya mampu menjaga keberlangsungan kota, tetapi juga mampu membangun Jakarta sebagai kota internasional yang berkelanjutan dan ramah bagi semua warganya.
Pramono-Rano, dengan latar belakang berbeda, tapi saling melengkapi satu sama lain, tampaknya memahami tantangan ini. Sebagai seorang birokrat berpengalaman, Pramono memiliki keahlian dalam hal tata kelola pemerintahan yang baik.
Ia paham betul bagaimana memanfaatkan potensi birokrasi untuk mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan. Di Jakarta, kemampuan itu sangat penting, mengingat kompleksitas administrasi dan birokrasi di ibu kota yang penuh dengan tantangan.
Selain itu, Pramono memiliki kemampuan untuk membangun konsensus di antara berbagai pemangku kepentingan, yang akan sangat berguna dalam memimpin sebuah kota sebesar Jakarta, di mana berbagai kepentingan bersaing untuk mendapatkan perhatian.
Di sisi lain, Rano membawa sesuatu yang tidak kalah penting dengan pengalamannya sebagai Wakil Gubernur dan kemudian Gubernur Banten memberinya pemahaman mendalam tentang pemerintahan daerah. Rano dalam perannya sebagai Gubernur Banten, menunjukkan komitmen pada pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pengalaman ini memberikan Rano wawasan praktis tentang apa yang dibutuhkan untuk memimpin sebuah provinsi, yang dapat diaplikasikan dalam skala lebih besar di Jakarta.
Kombinasi Pramono yang berpengalaman dalam birokrasi dan Rano yang dekat dengan masyarakat adalah kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Bersama-sama, mereka memiliki potensi untuk membawa perubahan positif bagi Jakarta, terutama dalam hal menggabungkan efisiensi birokrasi dengan kebijakan yang berorientasi pada rakyat.
Di tengah persaingan ketat dengan kandidat lain, seperti Ridwan Kamil-Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus dan Calon Independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana, Pramono dan Rano harus berjuang keras untuk meyakinkan rakyat Jakarta bahwa mereka adalah pilihan yang tepat.
Seperti yang kita ketahui, politik sering penuh kejutan pencalonan Jokowi dan Ahok, yang awalnya diremehkan menjadi bukti bahwa popularitas dan reputasi saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah gagasan konkret dan relevan bagi masa depan Jakarta.
Penulis: Dr Benny Susetyo, Pakar Komunikasi Politik
No Comments