BRIEf.ID – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diisukan ingin memecat Gubernur Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, gara-gara mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).
Isu tersebut muncul, setelah dua komisaris Komisi Perdagangan Federal atau Federal Trade Commission (FTC) dari Partai Demokrat menyatakan mereka “dipecat secara ilegal” oleh pemerintahan Trump pada Selasa (18/3/2025).
Sebelumnya, Presiden Trump sempat membuat pernyataan yang mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan melalui unggahan di akun platform Truth Social miliknya, pada Rabu malam waktu setempat.
“The Fed akan JAUH lebih baik jika MEMOTONG TINGKAT SUKU BUNGA karena Tarif AS mulai bertransisi (melonggarkan!) ke dalam perekonomian. Lakukan hal yang benar. Tanggal 2 April adalah Hari Pembebasan di Amerika!!!” tulis Trump di Truth Social.
Unggahan Trump tersebut muncul menjelang pengumuman hasil pertemuan FOMC The Fed, saat pemerintahannya bersiap untuk mengumumkan gelombang tarif barang impor terbaru, pada 2 April 2025.
Meski cakupan pastinya masih belum jelas, Trump mengindikasikan akan memberlakukan tarif “resiprokal” setidaknya pada beberapa negara.
Isu mengenai ancaman Trump untuk memecat Powell semakin kencang, karena dia telah beberapa kali mengirimkan pesan yang beragam kepada The Fed, namun tak digubris.
Trump pernah meminta The Fed memotong suku bunga acuan, namun kemudian menyatakan dia menolak untuk melakukan intervensi.
Menanggapi pernyataan Trump di akun Truth Social, Gubernur The Fed, Jerome Powell, lagi-lagi menegaskan bahwa komentar presiden As tersebut tidak akan memengaruhi keputusan The Fed.
Dalam jumpa pers pengumuman hasil rapat FOMC The Fed, Jerome Powell mengatakan suku bunga ditahan dengan ketidakpastian ekonomi yang meluas, antara lain dipicu kenaikan inflasi akibat kebijakan tarif Presiden Trump.
Menurut dia, risiko ‘stagflasi’ menempatkan Federal Reserve dalam posisi sulit dalam pertemuan minggu ini. Kebijakan tarif Presiden Donald Trump telah mendorong inflasi dan kemungkinan akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Saya pikir dengan datangnya inflasi akibat kebijakan tarif, kemajuan lebih lanjut pertumbuhan ekonomi mungkin tertunda,” kata Jerome Polin, seperti dikutip AP. (jea)