BRIEF.ID – Tekanan jual pemodal asing di pasar saham Indonesia tampaknya mulai mereda seiring kembalinya harapan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan terus berusaha membangun berdialog dengan Tiongkok, rival ekonomi terberat AS.
Sampai saat ini, belum terwujud dialog strategis yang konsisten antara AS Tiongkok, meskipun ada upaya sporadis untuk menjalin komunikasi, terutama di bidang keamanan, perdagangan, dan teknologi.
Ketegangan di berbagai isu, seperti Taiwan, Laut Tiongkok Selatan, teknologi AI, hingga perang dagang, membuat dialog yang stabil dan menyeluruh sulit tercapai. Kevakuman ini berdampak buruk terhadap pasar investasi dunia.
Saya juga belum melihat adanya perubahan substansial yang secara resmi ditandatangani Presiden Trump melalui executive order, bahwa tarif barang dari Tiongkok dan negara-negara lain, termasuk Indonesia sudah diturunkan.
Pada pekan ini, saya memprediksi investor global akan sibuk mencermati berbagai agenda ekonomi, terutama dari AS, mulai dari klaim manfaat kehilangan pekerjaan (jobless claims) sampai data pekerjaan baru selain sektor pertanian (non-farm payroll). Jika data semakin memburuk, maka ada kemungkinan menjadi alasan kuat bagi bank sentral AS, The Fed untuk mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR), yang kini berada di level 4,50%.
Disisi lain, pasar Asia juga cenderung mencermati keadaan siaga perang antara Pakistan dan India setelah sejumlah turis India tewas di Kashmir akibat serangan teroris.
Dari pasar saham dalam negeri, pemodal asing pada Jumat (25/4/2025) melakukan aksi beli bersih senilai Rp 174 miliar. Namun, sejak awal tahun aksi jual asing masih di atas Rp 50 triliun atau sudah di atas porsi dana investasi standar MSCI untuk Indonesia, selain Jepang dan Asia Pasifik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah naik 13,5% dari nilai terendahnya di 5882 pada pada 9 April 2025, namun masih turun 15,5% dari level tertingginya pada 7910 (intraday).
Secara teori investasi, IHSG saat ini sudah berada di atas level bear market pada 6328, namun masih dalam fase koreksi karena masih turun lebih dari 15% dari nilai tertingginya. Jika berhasil melewati angka 6723, maka IHSG sudah bisa dianggap aman untuk melaju kelevel mendekati 7000.
- Fundamental IHSG:
- Versi TPL: 2025 earnings per index (E): 511; PER NOW: 13X vs average high PER of 15.2X.
- IHSG TARGET ON HIGH AVERAGE PER: 15.2 X 511 = 7767 VS IHSG RECORD HIGH OF 7910 IN FEBRUARY.
- IHSG ON LOW AVERAGE PER: 10.8 X 511 = 5518
- MID RATE: 13 X 511 = 6643 (sudah tercapai)
- Rupiah, pada Senin (28/4/2025) pagi diperdagangkan melemah yaitu di level Rp 16.820 vs Rp 16.793 per dolar AS Jumat (25/4/2025). Dengan cadangan devisa sebesar US$ 157,1 miliar, nilai tukar rupiah tampaknya masih mampu untuk bertahan di bawah Rp 17.000 per dolar AS.
- Harga komoditas emas dipasar berjangka (futures) diperdagangkan pada US$ 3.309 per ons. Semakin banyak berita mengenai kemungkinan adanya kesepakatan tarif (trade deals), maka harga emas diperkirakan akan berpotensi untuk semakin terkoreksi.
- Harga batubara untuk pengiriman Mei 2025, naik US$ 0,6 dolar AS ke level US$ 95,35 per metrik ton.
- AT 0744 AM: DOWFUT DOWN 144 PTS, S&PFUT DOWN 25 PTS, NASDAQFUTDWON 112 PTS.
- IHSG:
- SUPPORT: JIKA 6643 TERLAMPAUI, MAKA NEXT SUPPORT ADALAH 6614-6596
- RESISTANCE: 6723
- SAHAM PILIHAN:
- TINS: 1100-1350. Laba bersih TINS untuk periode Januari-Maret 2025 diperkirakan naik 510% ke Rp 180 miliar dari Rp 29,5 miliar di periode yang sama tahun lalu didorong peningkatan penjualan dan efisiensi biaya operasional.
- Untuk tahun buku 2024, TINS diharapkan memberikan dividen antara Rp 40 – Rp 60 per lembar saham. Saat ini, TINS diperdagangkan pada rasio P/E 6,5X EPS 2025. Pada rasio P/E 10X EPS, TINS seharusnya dihargai pada Rp 1.700 per lembar.
- AALI: 5700-6100. Laba bersih AALI pada Kuartal I-2025 diperkirakan menyentuh angka Rp 300 miliar atau naik 30% dari sebelumnya Rp 230 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Saat ini, AALI diperdagangkan pada rasio P/E 9,2X EPS 2025 vs rata-rata rasio P/E 11,5X dalam lima tahun terakhir. TP: 7000.
- BSDE: 850-990. Laba bersih BSDE untuk periode tiga bulan pertama tahun ini diperkirakan dapat menyentuh angka Rp 1,6 triliun atau naik 11% dari Rp 1,44 triliun di periode yang sama tahun lalu. BSDE saat ini diperdagangkan pada rasio P/E hanya 4X EPS 2025. Pada 8X EPS, BSDE seharusnya dihargai pada 8 dikali Rp 214 = Rp 1.710 per lembar.
- CERMATI SAHAM:
- ANTM: 2060-2240 (BOW BELOW 2060)
- PSAB: 260-310
- BRMS: 354-390
- ADRO: 1780-1990
- DKFT: 244-290 (BOW A)
- SMRA: 424-550
Penulis : Edhi Adhyanugraha Pranasidhi/ Capital Market Observer