BRIEF.ID –The Economist, media asal Inggris, menerbitkan artikel yang berisi kecaman terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk membandingkan Jokowi dengan mantan penguasa Orde Baru, Soeharto.
“The King of Java inflames an Indonesian democratic emergency (Raja Jawa mengobarkan darurat demokrasi Indonesia),” demikian judul artikel media asing tersebut, yang diterbitkan pada 29 Agustus 2024.
Pada awal artikel itu, The Economist menyinggung tentang Soeharto dan secara blak-blakan menyebut Jokowi sebagai perebut Partai Golkar melalui anak buahnya, Bahlil Lahadalia.
“Itulah jenis langkah yang akan dikagumi Soeharto, seorang pemimpin kuat yang memerintah Indonesia dengan tangan besi dari tahun 1967 hingga 1998. Joko Widodo, presiden Indonesia, melakukan pengambilalihan paksa partai diktator terdahulu, Golkar, pada tanggal 21 Agustus, ketika para anggotanya memilih Bahlil Lahadalia, penentu kebijakan presiden dan menteri energi Indonesia, sebagai ketuanya,” tulis The Economist.
“Tidak seorang pun berani mencalonkan diri melawan Bahlil. Dalam pidato kemenangannya yang penuh kepuasan, ketua baru itu memperingatkan para pengikutnya, untuk tidak mempermainkan Raja Jawa, yang jelas merujuk kepada Jokowi, dan menambahkan bahwa hal itu akan berakhir buruk bagi mereka,” lanjut The Economist.
Artikel itu juga menyoroti upaya para anggota Parlemen, yang juga disebut sebagai sekutu Jokowi yang berusaha merevisi Undang-Undang Pilkada secara terburu-buru.
“Pada saat yang sama, sekutu presiden di badan legislatif tergesa-gesa menyusun revisi undang-undang pemilu negara itu menjelang pemilihan kepala daerah pada bulan November. Amandemen tersebut akan melarang Anies Baswedan, politisi oposisi terkemuka, untuk mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta. Mereka juga akan menurunkan batas usia minimum untuk mencalonkan diri beberapa bulan, sebuah perubahan yang mungkin hanya akan menguntungkan satu kandidat, Kaesang Pangarep yang berusia 29 tahun, putra kedua presiden,” lanjut The Economist.
Artikel The Economist menyinggung jargon viral “darurat demokrasi” yang muncul di tengah demo menentang revisi Undang-Undang Pilkada oleh Parlemen.
“Keesokan harinya, puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke gedung legislatif dan memenuhi media sosial dengan gambar-gambar yang menyatakan darurat demokrasi. Bintang film dan jurnalis terkemuka ikut serta dalam aksi tersebut. Mereka menunjuk ke akun Instagram istri Kaesang, yang menampilkan bahwa keduanya telah melakukan perjalanan dari Jakarta ke Los Angeles menggunakan jet pribadi, pada awal minggu untuk berbelanja. Menjelang sore, tampaknya protes akan semakin meluas, untuk menantang cengkeraman kekuasaan koalisi yang berkuasa. Kemudian pada hari itu, koalisi presiden mencabut RUU tersebut. Tampaknya hal itu telah menenangkan para pengunjuk rasa, demonstrasi terus berlanjut di tempat lain di Indonesia, tetapi Jakarta tetap tenang,” ujar The Economist. (Sindonews.com)
No Comments