TechFusion Alliance Beberkan Teknologi AI Dapat Percepat Program 3 Juta Rumah

BRIEF.ID – TechFusion Alliance sebagai platform kolaborasi teknologi membeberkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dapat menmpercepat program 3 juta rumah.

Chairman dan Founder TechFusion Alliance, Tuhu Nugraha, mengatakan teknologi AI bisa menjadi pilar utama yang diintegrasikan dalam setiap tahap pembangunan perumahan nasional, khususnya program 3 juta rumah untuk rakyat yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Menurut dia, program 3 juta rumah tidak akan berjalan optimal tanpa perubahan paradigma atau masih dilakukan secara konvensional. Pasalnya, backlog perumahan di Indonesia telah berlangsung puluhan tahun.

Sebelumnya Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, menyebut backlog rumah mencapai 15 juta unit pada 2025. Jumlahnya naik 51,5 persen dari data Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya sebesar 9,9 juta unit per 2023.

“Jika pendekatannya masih konvensional, maka target 3 juta rumah hanya akan menjadi angka di atas kertas. AI adalah alat untuk mengubah cara kita merencanakan, membangun, membiayai, hingga menyalurkan rumah kepada masyarakat yang membutuhkan,” kata Tuhu Nugraha, dalam keterangan resmi, dikutip di Jakarta, Senin (9/6/2025).

Dia menjelaskan, AI bisa memainkan peran krusial mulai dari pemetaan lokasi strategis berbasis geospasial, perhitungan kebutuhan rumah per wilayah, verifikasi data penerima manfaat, hingga pengawasan proyek pembangunan secara real-time melalui teknologi computer vision dan IoT.

“Teknologinya sudah berkembang sangat dasyat dan kita mesti segera mengadopsinya kalau mau serius merealisasikan target pembangunan 3 juta rumah,” kata Tuhu yang juga principal Applied Digital Economy and Regulatory Network (IADERN).

Co-Founder TechFusion Alliance, Deddy H. Pakpahan, yang juga founder digitalbank.id, menyampaikan sistem berbasis AI juga bisa memprediksi potensi keterlambatan proyek, kelangkaan bahan bangunan, atau anomali anggaran sebelum masalah muncul ke permukaan, seperti kasus penyalahgunaan Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Deddy mengungkapkan, kasus penyalahgunaan dana FLPP banyak sekali terjadi di daerah. Padahal, dana FLPP-nya terbatas, sehingga akan semakin habis jika dikorupsi.

“Nah, dengan menggunakan teknologi AI, penyalahgunaan dana FLPP bisa kita minimize. Inilah kekuatan prediktif AI. Bukan hanya menyelesaikan masalah, tapi mencegahnya sejak dini,” ujar Deddy.

Perkuat Transformasi Digital

Selain itu, Tuhu juga menyatakan pembiayaan perumahan jugha perlu diperkuat dalam transformasi digital, terutama untuk Bank BTN sebagai bank spesialis untuk kredit perumahan milik pemerintah.

Sebagai bank BUMN yang fokus dalam pembiayaaan perumahan,. lanjutnya, BTN memiliki posisi strategis untuk menyalurkan skema KPR bersubsidi maupun komersial kepada segmen Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

“BTN saat ini sudah melangkah ke arah digital. AI sudah bisa membantu BTN menyusun profil risiko debitur dengan lebih akurat atau mempercepat proses approval KPR, tapi transformasi BTN harus didorong lebih jauh seperti menyesuaikan produk kredit berdasarkan perilaku digital calon nasabah,” ungkap Tuhu.

Dia menuturkan, teknologi AI dan transformasi digitalisasi bukan hanya untuk kemudahan internal BTN, tetapi bisa membawa misi sosial KPR subsidi menuju next level.

“Prosesnya menjadi lebih cepat, tepat sasaran, efisien, dan transparan. Ini juga membuka akses MBR informal atau milenial non-bankable sehingga mampu menjadikan BTN sebagai pelopor KPR subsidi digital terintegrasi,” di Indonesia.

Untuk itu, TechFusion mendorong kolaborasi antara BTN dan ekosistem teknologi nasional untuk mengembangkan digital mortgage ecosystem yang sepenuhnya terdigitalisasi, dari simulasi cicilan, penilaian properti, hingga penandatanganan dokumen elektronik.

Sementara Deddy menyoroti pentingnya reformasi teknologi di BP Tapera sebagai pengelola dana pembiayaan rumah nasional. Menurutnya, BP Tapera memegang data sangat strategis, mulai dari kepesertaan ASN, pekerja swasta, hingga penyaluran dana, yang dapat diolah AI untuk menghasilkan peta backlog dinamis dan simulasi pembiayaan paling efektif di tiap daerah.

“BP Tapera perlu mengadopsi teknologi data analytics dan AI secara menyeluruh agar bisa bertindak lebih taktis. Jangan hanya jadi penyalur dana, tapi menjadi pusat kendali informasi dan strategi pembiayaan perumahan nasional dan kami siap berkolaborasi,” tutur Deddy.

Dia menyampaikan, TechFusion membuka ruang kolaborasi untuk menciptakan Tapera Smart Dashboard, sistem terpadu berbasis AI yang memetakan kebutuhan perumahan berdasarkan data real-time dari daerah, data kepesertaan, dan profil risiko keuangan masyarakat.

Peran proaktif Pengembang

Deddy menyampaikan, perlu peran proaktif pengembang dalam pemanfaatan teknologi AI untuk pembangunan perumahan. Untuk itu, asosiasi pengembang seperti Real Estate Indonesia (REI), Apersi, atau Himppera harus mendorong inisiatif tersebut.

Di era AI, lanjutnya, pengembang tidak bisa lagi mengandalkan intuisi dan relasi semata. Dibutuhkan pendekatan berbasis data dan sistem digital end-to-end.

“Asosiasi pengembang harus menjadi pelopor adopsi AI di kalangan pengembang. Misalnya, dalam menentukan lokasi proyek berdasarkan potensi pasar, harga lahan, dan demografi. Bahkan AI bisa dipakai untuk mendesain rumah yang sesuai preferensi pasar lokal,” kata Deddy.

Dia menambahkan, TechFusion mengajak seluruh asosiasi pengembang agar mendorong para anggotanya masuk ke era smart developer, yakni pengembang yang menggunakan teknologi untuk merancang, memasarkan, hingga mengelola hunian dengan efisien dan berkelanjutan.

“TechFusion saat ini telah menyiapkan AI-based Property Intelligence Platform yang bisa diakses pengembang untuk keperluan riset pasar, perencanaan proyek, hingga monitoring proyek konstruksi.

Deddy mengungkapkan, TechFusion Alliance percaya bahwa program 3 juta rumah bisa menjadi momentum untuk membangun ekosistem digital perumahan nasional.

Saat ini, TechFusion tengah mengembangkan konsep Digital Housing Command Center, sebuah pusat kendali nasional berbasis AI yang akan membantu pemerintah memantau progress pembangunan rumah di seluruh Indonesia secara real-time.

“Data dari kontraktor, pengembang, pemerintah daerah, BP Tapera, dan BTN akan terhubung dalam satu sistem yang bisa dianalisis secara prediktif dan preskriptif. Dengan ini, pemerintah bisa langsung tahu proyek mana yang macet, wilayah mana yang backlog-nya tinggi, hingga kelompok masyarakat mana yang belum tersentuh KPR,” ujar Deddy.

TechFusion juga tengah menjajaki kerja sama dengan Bappenas, Kementerian Perumahan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan untuk mengintegrasikan sistem scoring kredit berbasis AI, yang memungkinkan pekerja informal, UMKM, dan gig worker mengakses pembiayaan perumahan tanpa perlu dokumen konvensional yang selama ini jadi penghalang.

Dengan semua solusi tersebut, TechFusion ingin memastikan bahwa program 3 juta rumah bukan hanya proyek fisik, tetapi juga transformasi sistemik dalam tata kelola perumahan nasional dengan menjadikan AI sebagai fondasi untuk memastikan pembangunan tidak hanya cepat dan masif, tetapi juga akurat, terukur, dan transparan.

“Kami tidak sekadar bicara teknologi, tapi masa depan. Kami percaya bahwa AI bukan menggantikan manusia, melainkan memperkuat kemampuan bangsa untuk menutup ketimpangan perumahan secara berkeadilan,” ungkap Tuhu. (PR/jea)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Negosiasi Perdagangan AS-Tiongkok Berlanjut Setelah Percakapan Telepon Donald Trump dan Xi Jinping Pekan Lalu

BRIEF.ID - Negosiasi perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok (AS-Tiongkok)...

Harga Emas Antam Awal Pekan Stagnan di Rp1.904.000 per Gram

BRIEF.ID - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk...

Jimly Asshiddiqie Mengenang 5 Legasi Taufiq Kiemas

BRIEF.ID - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie...

PM Kanada Mark Carney Undang Prabowo Hadiri KTT G7 di Kananaskis

BRIEF.ID - Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney mengundang...