Sorgum, Penuhi Kebutuhan Energi Masa Depan – Bagian I

October 8, 2024

BRIEF.ID – Inovasi teknologi dan tuntutan untuk beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) memunculkan dialektika optimistis pada alternatif pemenuhan energi  terbarukan.

Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza optimistis  menatap masa depan energi Indonesia. Ia menjelaskan visi besar perusahaan  memanfaatkan sorgum tengah dititi, satu jenis tanaman yang sering terabaikan, namun memiliki potensi luar biasa sebagai sumber bioetanol.

Sorgum, yang dikenal sebagai salah satu tanaman serba guna, menawarkan harapan baru bagi upaya pemenuhan energi terbarukan di Indonesia. Tanaman ini tidak hanya mampu tumbuh di berbagai medan dan iklim, tetapi juga bukanlah sumber pangan utama.

“Sorgum adalah solusi yang tepat untuk kebutuhan energi kita yang terus meningkat,” ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (8/10/2024).

Oki menjelaskan, masyarakat dibawa untuk memahami keajaiban sorgum. Bayangkanlah sebuah ladang yang dipenuhi oleh tanaman tinggi dengan daun lebar, bergetar bila diembus angin.

Sorgum, dengan ketahanan yang luar biasa, dapat tumbuh subur di lahan kering yang kurang subur atau di daerah dengan curah hujan tinggi. Sorgum bisa tumbuh di mana saja, dari pegunungan hingga dataran rendah. Ini adalah tanaman yang sangat adaptif.

Uniknya, sorgum bukanlah tanaman yang biasa dikonsumsi manusia secara langsung, sehingga pemanfaatannya sebagai bahan baku bioetanol tidak akan mengganggu pasokan pangan.

Sumber Energi

Di saat pangan menjadi isu global, sorgum menawarkan solusi yang seimbang, menjadi sumber energi tanpa menambah beban bagi ketahanan pangan. Karena itu, sorgum menjadi nilai tambah bagi Pertamina, karena perusahaan milik negara itu bisa memastikan bahwa pengembangan bioetanol tidak akan bersinggungan dengan kebutuhan makanan masyarakat.

Indonesia, negara yang kaya  sumber daya alam, harus menghadapi tantangan besar dalam sektor transportasi yang menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca. Berangkat dari kenyataan itulah, kita menemukan pentingnya beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Saat ini, sektor transportasi menyumbang sekitar 23% dari total emisi gas rumah kaca. Karena itu kita harus bertindak cepat.

Keberhasilan program B35, yakni 35% bahan bakar berbasis nabati dicampurkan dengan bahan bakar fosil, Pertamina mengambil langkah strategis untuk mengurangi emisi. Namun, upaya itu tidak bisa berhenti di sini. Perusahaan di bawah BUMN itu perlu meningkatkan proporsi bahan bakar nabati dalam campuran dengan bahan bakar dari fosil itu. Bioetanol dari sorgum adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan itu.

Di tengah kemajuan teknologi, tim di Pertamina terus melakukan penelitian mendalam untuk mengembangkan bioetanol dari sorgum. Proses ini melibatkan berbagai tahap, mulai dari pemilihan varietas sorgum yang tepat, hingga pengolahan untuk menghasilkan bioetanol yang berkualitas.

Perusahaan itu ingin memastikan bahwa sorgum yang dikembangkan memiliki produktivitas tinggi dan bisa memberikan hasil yang optimal.

Dari penelitian itu, sorgum tidak hanya memiliki potensi sebagai bahan baku bioetanol, tetapi juga dapat berkontribusi pada ketahanan energi nasional. Dengan memanfaatkan sorgum, kita bisa membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian, pengolahan, dan distribusi. Ini adalah peluang ekonomi yang besar.

Dalam upaya mengembangkan sorgum sebagai bahan baku bioetanol, tim di perusahaan itu menyadari pentingnya membangun kesadaran di kalangan masyarakat. Upaya tersebut tidak hanya membutuhkan dukungan dari pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Edukasi tentang manfaat sorgum dan bioetanol sangat penting. (Antara)

No Comments

    Leave a Reply