BRIEF.ID – DPR menyarankan pihak Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Indonesia lebih banyak belajar dari Malaysia untuk mengelola dana haji jamaah yang nilainya mencapai ratusan triliun.
Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Jazuli Juwaini mengemukakan Malaysia telah berhasil menekan biaya haji warganya melalui investasi riil, termasuk melalui kepemilikan kebun sawit di Indonesia.
“Itu fakta. Mereka berani mengembangkan investasi yang aman tapi produktif,” tutur Jazuli di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Sementara itu, menurut Jazuli, Pemerintah Indonesia belum berani menggunakan dana haji yang nilainya mencapai ratusan triliun itu ke investasi yang aman dan produktif, seperti negara Malaysia.
“Sementara kita kini hanya mengandalkan bunga bank. Wajar biaya haji Malaysia jauh lebih murah,” katanya.
Maka dari itu, Jazuli mendorong BPKH agar lebih berani mengambil peluang aman dan produktif seperti melakukan optimalisasi HGU perusahaan yang kini belum dikelola secara maksimal.
“Ada perusahaan pegang HGU 20.000 hektare tapi hanya menggarap 10.000 hektare. Ambil kembali sisanya, percayakan pada BPKH. Itulah investasi aman dan produktif,” ujarnya.
Dia mengingatkan filosofi pembentukan BPKH tidak boleh bergeser dari tujuan awal, yaitu mengelola dana haji secara produktif, aman, dan memberi manfaat nyata bagi jemaah.
Menurut Jazuli, sebelum ada BPKH, dana setoran calon jemaah haji tidak produktif hanya mengendap di rekening Kementerian Agama, kemudian Kementerian Agama hanya menunggu bunga atau bagi hasil bank untuk kemudian dijadikan komponen subsidi biaya haji.
“Dana ratusan triliun hanya tidur. Setiap tahun dihitung bunganya, lalu ditambah sedikit sebagai optimalisasi. Itu tidak cukup meringankan jemaah,” tuturnya.
Dia juga menyarankan agar BPKH diisi oleh figur profesional yang paham investasi syariah dan mampu mengelola portofolio besar.
“BPKH bukan tempat untuk duduk manis. Ini lembaga yang mengelola uang ratusan triliun. Orangnya harus punya kapasitas, bukan sekadar hadir dan menunggu gaji,” katanya.
Jazuli optimistis apabila dana haji dikelola secara aman namun produktif, maka biaya haji Indonesia bisa lebih murah daripada negara Malaysia. Apalagi ia menilai bahwa Malaysia kerap kali justru memanfaatkan peluang investasi di Indonesia.
“Potensinya luar biasa. Tinggal keberanian dan profesionalitas pengelola,” ujarnya. (ayb)


