Jakarta – PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menyambut positif Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022 terkait Percepatan Penggunaan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai di Instansi Pemerintah Pusat Maupun Daerah. Perseroan pun mendukung secara langsung program pemerintah dalam peningkatan moda transportasi ramah lingkungan tersebut dengan semakin memacu pembiayaan kendaraan listrik.
Direktur Operasional BRI Finance Willy Halim Sugiardi mengatakan dengan aturan anyar yang baru dirilis pada Selasa (13/9) tersebut pihaknya optimistis akan semakin memacu pasar kendaraan listrik baik roda dua maupun roda empat di Tanah Air.
Menurutnya Inpres tersebut merupakan cerminan visi pemerintah dalam mengembangkan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan di sektor transportasi. Hal itu seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan untuk masa depan yang lebih baik.
“Oleh karena itu kami melihat bahwa penjualan kendaraan listrik akan signifikan meningkat. Kami pun di BRI Finance sudah ada produk-produk untuk kendaraan listrik baik produk untuk pembiayaan langsung kepada nasabah melalui pembiayaan multiguna maupun ada satu lagi yang cukup menarik yaitu sewa operasi. Jadi perusahaan atau korporasi bisa melakukan sewa dari kami,” ujarnya.
Untuk memanfaatkan momentum tersebut, BRI Finance menempuh beberapa langkah strategis untuk meningkatkan pembiayaan kendaraan listrik. Seperti uang muka ringan minimal 10% maupun bunga 0% bagi nasabah perorangan yang mengajukan pembiayaan dengan tenor hingga 2 tahun. Sedangkan untuk nasabah instansi atau korporasi, ketentuan bisa dinegosiasikan.
Anak usaha dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. itu pun memperkuat kerja sama dengan agen pemegang merek yang memasarkan kendaraan listrik. “Selain itu, di satu sisi kami merupakan bagian dari BRI Group. Sehingga kami bisa memanfaatkan jaringan portofolionya nasabah BRI Group untuk memacu pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik,” ujar Willy menekankan.
Adapun pembiayaan kendaraan listrik yang ada di BRI Finance saat ini menurutnya masih sangat kecil yaitu kurang dari 1% terhadap total portofolio pembiayaan. Kendati demikian Willy menyebut jika dilihat dari sisi penaikan, pembiayaan kendaraan listrik oleh perseroan cukup agresif karena sampai Agustus 2022 bertumbuh hingga 100% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dia pun mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) di mana penjualan mobil listrik pada periode Januari- Juli sudah mencapai lebih dari 4.800 unit. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan total penjualan mobil listrik pada 2021 sebesar 3.200 unit.
Menurutnya, angka ini menunjukkan bahwa kendaraan listrik memang memiliki prospek permintaan yang akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Hal ini juga merupakan peluang bagi BRI Finance untuk terus meningkatkan dan mendukung pembiayaan kendaraan listrik ke depannya. Oleh karena itu pihaknya pada 2023 menargetkan pembiayaan kendaraan listrik mencapai 2% dari total portofolio pembiayaan BRI Finance.
Harapan Kepada Pemerintah
Di sisi lain Willy pun memiliki harapan bagi pemerintah agar pasar kendaraan listrik di masa datang lebih baik lagi. Pemerintah kata dia, perlu memacu investasi komponen kendaraan listrik di Indonesia sehingga bisa menekan harga jual kepada konsumen dan meningkatkan produksi di dalam negeri.
Saat ini, salah satu kendala dalam pembiayaan kendaraan listrik adalah minimnya stok saat permintaan pasar meninggi. Bahkan pemesanan kendaraan listrik bisa inden hingga satu tahun.
“Yang harus dibenahi harus sektor utamanya yaitu produksi. Sekarang ketersediaan unit juga kurang bagaimana mau bisa meningkatkan dari sisi pembiayaan. Sebenarnya kami sudah siap untuk meningkatkan pembiayaan. Tapi di sisi lain saat ini inden pun kami punya banyak, sudah kami setujui untuk pembiayaan tapi unitnya belum ada,” tuturnya.
Selain itu dari sisi infrastruktur Willy pun berharap pemerintah memperkuat komitmen untuk menambah sarana charging station secara masif yang memudahkan pengendara kendaran listrik mengisi daya baterai. Dengan demikian, lanjut Willy, regulasi-regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mendorong peningkatan penggunaan kendaraan listrik tersebut dapat terealisasi lebih optimal.
Seperti diketahui, sebelumnya pemerintah berupaya memacu penggunaan kendaraan yang lebih ramah lingkungan, khususnya bertenaga listrik melalui Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk Transportasi Jalan.
Regulasi itu pun diperkuat dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap Electric Vehicle (EV) dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN). Selain itu, pemerintah telah mengubah aturan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor di mana mobil listrik mendapatkan keistimewaan tarif Dasar Pengenaan Pajak (DPP) sebesar 0%.
Kendaraan Listrik Lebih Ekonomis
Sementara itu, Direktur Utama BRI Finance Azizatun Azhimah menekankan pihaknya memacu pembiayaan kendaraan listrik selain memperkuat fundamental bisnis perseroan, juga sebagai misi untuk berperan aktif mendukung program pemerintah dalam peningkatan penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
“Kami lihat tidak hanya go green tapi kendaraan listrik juga ekonomis. Jadi ini journey BRI Finance untuk mendukung program pemerintah untuk go green. Dan jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan kendaraan konvensional,” kata Azizatun.
Saat ini, salah satu upaya tersebut direalisasikan melalui kerja sama dengan PT Smoot Motor Indonesia. Produsen sepeda motor listrik asli Indonesia tersebut salah satunya memasarkan varian Smoot Tempur yang merupakan motor listrik pintar karena terkoneksi dengan smartphone. Smoot Tempur dilengkapi baterai lithium berkapasitas 64V 22,5Ah, yang jika terisi penuh mampu menempuj jarak hingga 70 km. Sedangkan mesin motor listriknya berkapasitas 1.500W, dan mampu melaju dengan kecepatan hingga 60 km/jam.
Untuk pengisian baterai, Smoot mengusung konsep swap baterai. Di mana baterai ditukar di stasiun penukaran baterai atau swap poin. Saat ini terdapat lebih dari 400 swap poin di wilayah Jabodetabek. Penukaran baterainya pun gratis, pengguna Smoot hanya perlu membayar tarif swap baterai menggunakan sistem kuota. Harga kuotanya terbagi tiga opsi. Yaitu 100 km Rp 20.000, 250 km Rp 45.000, dan 500 km Rp 80.000.
No Comments