BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di awal Desember 2025. Penguatan rupiah antara lain dipicu ekspetasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang terus meningkat.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (1/12/2025), kurs rupiah dibuka menguat 0,12% atau 20 poin menjadi Rp16.655 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi sebelumnya Rp16.675 per dolar AS.
Sementara di pasar spot, nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,14% menjadi Rp16.637 per dolar AS. Hingga pukul 11:00 WIB, penguatan nilai tukar rupiah berkurang dan terpantau berada di level Rp16.662 per dolar AS.
Penguatan rupiah dipicu sentimen dari luar negeri, terutama ekspetasi investor terhadap pemangkasan suku bunga The Fed yang terus meningkat.
Berdasarkan data CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga acuan The Fed atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps) mencapai 87,4%, sedangkan kemungkinan ditahan di 3,75-4% hanya sebesar 12,6%.
Keyakinan investor terhadap pemangkasna suku bunga The Fed meningkat seiring dukungan terhadap Penasehat Gedung Putih, Kevin Hasset, sebagai calon Gubernur The Fed menggantikan Jeromw Powell, yang akan berakhir masa tugasnya pada Mei 2026.
Kevin Hasset dikenal sebagai orang dekat Presiden AS, Donald Trump, dan juga pendukung pemangkasan suku bunga The Fed. Hal itu, menjadikannya sebagai kandidat terkuat Gubernur The Fed selanjutnya.
Selain itu, penguatan rupiah juga dipicu prediksi pertumbuhan ekonomi global yang stagnan dengan rilisnya data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur China yang melemah.
Hal itum membuat pelaku pasar nampaknya cukup optimistis pada pasar emerging markets termasuk Indonesia, di tengah sentimen global yang cenderung volatil.
Untuk perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah diprediksi bergerak variatif dengan kecenderungan menguat tipis di level RP16.600 per dolar AS hingga Rp16.680 per dolar AS. (jea)


