BRIEF.ID – Nilai tukar rupiah masih dibayangi risiko pelemahan yang dipengaruhi oleh prospek pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) ke depan.
Hal itu ditekankan oleh pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT. Doo Financial Futures Ariston Tjendra. Menurutnya, selain itu, kebijakan stimulus pemerintah yang digelontorkan di akhir tahun turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Adapun nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (30/12), ke level Rp16.773 per dolar AS. Level tersebut menguat 15 poin atau sekitar 0,09% dibandingkan dengan posisi sebelumnya.
“Rupiah masih dibayangi oleh prospek kebijakan moneter BI yang longgar dan stimulus pemerintah sehingga menekan nilai tukar rupiah vs dolar AS,” kata Ariston, dikutip ANTARA di Jakarta, Selasa (30/12).
Menurut Ariston, sentimen negatif lainnya berasal dari bencana hidrometeorologi yang terjadi di Sumatra dan sejumlah daerah lain di Indonesia. Kondisi tersebut dinilai berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi nasional sehingga berdampak pada pergerakan rupiah.
“Bencana alam yang terjadi di Sumatra dan daerah lain di Indonesia juga memberikan sentimen negatif ke rupiah karena bencana ini menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar dia.
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (29/12) sore, melemah 43 poin atau sekitar 0,26% ke level Rp16.788 per dolar AS. Sementara, kurs referensi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menempatkan rupiah di posisi Rp16.788 per dolar AS. (lsw)


