BRIEF.ID – Nilai tukar (kurs) rupiah akhir pekan, Jumat (12/7/2024), ditutup menguat 0,14% menjadi 16.135 per dolar Amerika Serikat (AS).
Hal itu, menandai penguatan rupiah terhadap dolar AS selama 8 hari berturut-turut, yang sekaligus mencatat reli terpanjang rupiah atas dolar AS sejak September 2016.
Sentimen positif terhadap rupiah datang dari tim Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, yang berupaya menenangkan kekhawatiran investor mengenai kebijakan utang dan fiskal, dan berjanji untuk mempertahankan batas pengeluaran.
Selain itu, penguatan rupiah dipicu melemahnya dolar AS pascarilis data inflasi Juni 2024, yang menunjukkan negara paman Sam mengalami deflasi.
Hal itu, semakin memperkuat ekspetasi pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed (Federal Reserve) pada September 2024, yang meningkatkan nilai mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain rupiah, ringgit Malaysia bersiap juga mencatat kenaikan terbaik atas dolar AS dalam 17 bulan terakhir.
Pengamat memperkirakan penguatan rupiah akan bertahan jika penurunan suku bunga The Fed pada September 2024 terwujud.
Jika tidak, rupiah akan kembali tertekan karena harga pangan global yang lebih tinggi dan ancaman tarif perdagangan baru AS juga menimbulkan risiko.
Rupiah diperkirakan akan bergerak di rentang 16.100 sampai Rp16.600 sepanjang Juli hingga September 2024.
No Comments