BRIEF.ID – Anggota Komisi VI DPR RI Amin AK mempertanyakan sinergisitas tiga BUMN Farmasi, yaitu PT Bio Farma (Persero) sebagai induk, PT Kimia Farma Tbk, dan PT Indofarma Tbk. Sinergisitas diperlukan untuk meningkatkan kinerja dan profit perusahaan.
“Apakah enggak ada sinergi? Apa enggak tercipta chemistry? Bungkusnya aja holding tapi masih jalan sendiri-sendiri. Malah mungkin satu ngalor satu ngidul, satu ngetan satu ngulon. Enggak ada sinergi di dalamnya, apakah seperti itu? Tentu ini harus kita kritik,” ujar Amin pada Rapat Dengar Pendapat bersama jajaran pimpinan Holding BUMN Farmasi di Gedung Nusantara I Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2024).
Amin, masa pandemi Covid-19 seharusnya menjadi momentum baik bagi industri farmasi seiring meningkatnya permintaan obat-obatan. Kondisi itu seharusnya dapat meningkatkan kinerja dan laba perusahaan farmasi.
“Saat pandemi Covid-19, semestinya menjadi musim panen raya bagi BUMN Farma. Ada permintaan berbagai macam produk, khususnya terkait Covid-19. Mestinya kinerjanya meningkat pesat, labanya meningkat pesat, dan tinggi gitu loh. Tapi yang terjadi kok malah menurun drastis, ini di luar apa yang terjadi dengan fraud,” kata Politisi Fraksi PKS itu.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan yang masih unaudited, pendapatan holding BUMN Farmasi pada 2023 turun menjadi Rp15,2 triliun dibanding 2022 yang sebesar 21,2 triliun, atau sekitar 28%. Sementara itu, rugi bersih tercatat menyentuh angka Rp 2,2 triliun, turun dari profit tahun sebelumnya yang sebesar Rp 490 miliar.
Kerugian terbesar disumbang PT Kimia Farma yaitu Rp 1,8 triliun dan Indofarma (INAF) Rp 605 miliar. Sedangkan Biofarma masing membukukan laba bersih positif sebesar Rp 304 miliar.
No Comments