BRIEF.ID – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani dikenal publik sebagai kombinasi dari pengusaha, diplomat, dan teknokrat. Ia dipercaya Presiden Prabowo Subianto untuk memimpin lembaga investasi negara dan strategi makro ekonomi bernama Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia. Rosan juga pernah menempati posisi strategis pada kampanye politik nasional, sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo–Gibran dan pendiri Gerakan Solidaritas Nasional (GSN).
Kepemimpinan Rosan di Danantara Indonesia mendapat apresiasi berbagai kalangan, baik pemerintah, pengusaha maupun diplomat. Ada pujian yang disampaikan secara terbuka disampaikan mantan duta besar Republik Indonesia (RI) untuk Polandia, Peter Frans Gontha.
Rosan dan Peter diketahui saling mengenal dan pernah berinteraksi dalam berbagai forum elite bisnis maupun politik nasional. Keduanya mewakili dua era kepemimpinan berbeda. Rosan membawa wajah masa depan institusi negara seperti Danantara, Lembaga investasi strategis. Sedangkan Peter adalah ikon era awal media komersial dan diplomasi kreatif lewat budaya.
Peter menyatakan, di tengah hiruk-pikuk politik dan kepentingan pribadi, Rosan tetap menunjukkan bahwa integritas harus mempunyai tempat istimewa. Rosan adalah figur yang setia mewakafkan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk membangun ekonomi Indonesia.
Pujian itu diungkapkan Peter secara terbuka melalui akun Instagram @petergontha, yang dipantau pada Senin (4/7/2025).
“Pada 11 Juli lalu, ia (Rosan) menyampaikan kepada saya informasi sensitif soal tantième dan kompensasi komisaris bernilai puluhan triliun. Bukan untuk pencitraan. Bukan untuk keluhan. Tapi karena tanggung jawab moral. Lalu ia berkata: “Tolong jangan ditulis dulu. Biar waktu yang bicara,” kata Peter.
Namun, rahasia itu akhirnya “muncul” di publik. Berdasarkan pengaturan baru yang berlaku untuk Tahun Buku 2025, melalui Surat Edaran No. S‑063/DI‑BP/VII/2025 tertanggal 30 Juli 2025, Rosan menyatakan bahwa Danantara telah mengatur ulang skema kompensasi untuk jajaran direksi dan komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta anak usahanya. Tanpa ragu-ragu, tantiem dan insentif kinerja bagi jajaran komisaris ditiadakan, sesuai standar tata kelola global dan prinsip OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) – untuk menjaga independensi pengawasan.
“Hari ini, berita itu sudah muncul di media. Tapi Rosan tetap sama: tidak cari aman, tidak berubah arah. Biar saja kalau banyak musuh. Yang penting kita kerja benar,” ujar Peter meniru ucapan Rosan.
Rosan, lanjut Peter, tidak mencari jabatan di pemerintahan. Sikap itu dinilainya sebagai keputusan yang patut diacungi jempol.
“Saya sendiri tidak cari jabatan — hidup saya sudah cukup, saya merasa paripurna. Tapi saya ingin terus melihat kebaikan terjadi di negeri ini. Dan untuk sikap seperti Rosan, jempol patut diacungkan,” kata Peter.
Harus diakui bahwa di bawah kepemimpinan Danantara, Rosan menekankan pentingnya orientasi jangka panjang bagi BUMN dan investasi yang transparan dan bernilai bagi bangsa. Maju terus, Pak Rosan. (nov)