BRIEF.ID – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menetapkan Riduan sebagai direktur utama baru untuk menggantikan direktur utama sebelumnya yaitu Darmawan Junaidi. Sebelumnya, Riduan menjabat sebagai wakil direktur utama Bank Mandiri sejak keputusan RUPST pada Maret 2025.
Riduan lahir di Palembang pada 5 November 1970. Semasa mudanya, ia menempuh pendidikan dan berhasil lulus pendidikan sarjana di Jurusan Ekonomi Akuntansi, Universitas Sriwijaya, Palembang. Ia melanjutkan pendidikan dan lulus program Magister (S2) di kampus yang sama, dengan mengambil jurusan Magister Manajemen.
Sementara itu, kariernya dalam dunia kerja, pada tahun 2013 sampai 2016, Riduan menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Investasi PT Askes (Persero) dan BPJS Kesehatan.
Pada tahun 2016 sampai 2017, ia diberikan amanah untuk menjabat sebagai Regional CEO II/ Sumatera 2 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Baru setahun menjabat, Riduan diberikan kepercayaan untuk mengemban jabatan sebagai Senior Executive Vice President (SEVP) Middle Corporate PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Berkat sepak terjang bagus yang berdampak terhadap kinerja Bank Mandiri sebagai bagian Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Riduan diberikan amanah mengisi posisi direksi tepatnya Direktur Commercial Banking.
Pada RUPST pada 7 Maret 2024, ia diberikan amanah dan posisinya digeser sebagai Direktur Corporate Banking Bank Mandiri.
Setahun berselang, tepatnya pada 25 Maret 2025, hasil RUPST menyepakati penunjukan Riduan sebagai wakil direktur Bank Mandiri. Empat bulan berselang, tepatnya pada hari ini, Senin (04/08), RUPSLB Bank Mandiri menyepakati Riduan sebagai direktur utama.
Perjalanan Riduan di Bank Mandiri telah melewati berbagai tantangan seiring adanya dinamika perekonomian di tingkat domestik maupun global, salah satunya saat terjadinya pandemi Covid-19 pada 2020.
Pada tahun 2020, laba bersih Bank Mandiri anjlok 37,7% year on year (yoy) menjadi Rp 17,1 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 27,4 triliun pada 2019 terimbas pandemi Covid-19.
Di tengah menurunnya laba bersih, Bank Mandiri tetap optimistis mampu rebound melalui fokus dan menekankan kualitas kredit dengan mempertimbangkan sektor potensial, serta menerapkan kehati-hatian dan target menekan rasio NPL kisaran 3-3,5%.
Hingga akhirnya, sepanjang 2021, Bank Mandiri berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 28,03 triliun atau tumbuh 66,8% (yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya yang mencapai Rp 17,11 triliun.
Pada 2022, perseroan membukukan laba bersih Rp 41,2 triliun atau tumbuh 46,9% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya, yang memperkuat permodalan bank untuk melakukan ekspansi bisnis, terutama mendukung fungsi intermediasi dalam menyalurkan kredit.
Pertumbuhan kinerja yang solid pada 2022 juga ditopang oleh strategi bisnis yang konsisten kepada segmen potensial dan proses optimalisasi digital, sehingga tingkat efisiensi perseroan meningkat dan mendorong pertumbuhan volume bisnis pada semua segmen serta rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) Bank Mandiri tahun 2022.
Pada tahun itu, capaian Bank Mandiri menuai apresiasi dari Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu merupakan Presiden Republik Indonesia.
“Harus kita apresiasi Bank Mandiri yang bisa menyalurkan kredit tumbuh sebesar 14,9% dan keuntungan perusahaan di angka Rp 41 triliun,” kata Jokowi.
Pada 2023, Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp 55,1 triliun atau tumbuh 33,7% (yoy), dan berikutnya tahun 2024 perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 55,8 triliun atau naik 1,31% (yoy).
Kinerja keuangan terakhir, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 13,2 triliun pada Kuartal I – 2025 atau tumbuh 3,9% (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.