Refleksi Nilai-nilai Pendidikan Dalam Membentuk Kepribadian Bangsa

BRIEF.ID – Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Peringatan ini untuk mengenang Ki Hadjar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan nasional, yang lahir pada 2 Mei 1889.

Perannya sangat besar dalam dunia pendidikan. Melalui Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 1922, Ki Hadjar Dewantara membuka akses pendidikan bagi rakyat luas yang pada masa penjajahan Belanda sangat terbatas. Ia juga memperkenalkan semboyan “Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Bahkan penggalan terakhir dari semboyan tersebut, Tut wuri handayani, resmi dijadikan sebagai semboyan kementerian yang mengurusi bidang pendidikan.

Semboyan ini memiliki makna mendalam dan menjadi falsafah dalam pendidikan dan kepemimpinan. Ing ngarso sung tulada berarti di depan memberi teladan. Ing madya mangun karsa artinya di tengah membangun semangat dan Tut wuri handayani berarti di belakang memberi dorongan.

Dalam pendidikan guru sebaiknya berperan sebagai teladan, penyemangat, dan pendorong siswa meraih cita-cita. Siswa diberi keleluasaan dan kebebasan untuk mengembangkan potensinya, sesuai dengan bakat dan minatnya.

Tidak boleh karena alasan birokrasi, administrasi, dan lainnya membatasi dan membelenggu kemerdekaannya. Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin di level apa pun dan dalam situasi bagaimanapun harus tampil sebagai teladan dalam perilaku luhur, pendamping dan penyemangat, serta pendukung bagi bawahannya.

Memperingati Hari Pendidikan Nasional kita patut melakukan refleksi seberapa nilai-nilai pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara kita warisi dan membentuk kepribadian bangsa.

Indonesia Kini

Kita bisa berbeda bahkan berdebat dalam menilai apakah tatanan kehidupan kebangsaan Indonesia dewasa ini sedang mengalami kemajuan atau kemerosotan. Tapi fakta berikut tak terbantahkan.

Indeks persepsi korupsi Indonesia dari waktu ke waktu selalu berada pada urutan 110-115 dari 180 negara di dunia dengan skor 34 dari 100 dimana semakin tinggi skor semakin bersih, dan sebaliknya. Sedangkan pada level ASEAN Indonesia berada pada urutan keenam alias termasuk ke dalam lima negara terkorup di kawasan (Transparency International, 2024). Artinya bahwa korupsi di Indonesia menjadi masalah yang sangat krusial.

Maraknya pemberitaan tentang penangkapan koruptor di media massa mengkonfirmasi fakta di atas. Korupsi menyasar di banyak sektor pekerjaan dan lembaga. Tidak ada satu pun lembaga yang terbebas dari jerat korupsi baik yudikatif, eksekutif, maupun legislatif.

Instansi pusat maupun daerah. Pemerintah, BUMN/D, maupun swasta. Tidak terkecuali sekolah. Menurut survei Integritas Pendidikan KPK 28% sekolah lakukan pungli pada penerimaan siswa baru (detik.com, 2024). Sayangnya kepolisian dan peradilan (pengadilan dan kejaksaan), instansi penegak hukum justru korupsinya sangat tinggi (Transparency International Indonesia, 2020).

Pungutan liar, pemerasan, penyuapan, pengaturan pasal penuntutan dan putusan, serta penyalahgunaan wewenang, adalah beberapa modus tindak korupsi.

Yang sangat mencengangkan ialah nilai korupsinya. Angkanya gila-gilaan mulai dari puluhan miliar sampai ratusan triliun untuk satu kasus yang terungkap. Keserakahan, hedonisme, dan gaya hidup mewah menjerumuskan manusia pada tindak korupsi.

Keserakahan tidak mampu menyadarkannya bahwa berlimpahnya harta dan kemewahan tidak akan mampu menyelamatkannya dari kematian dan bencana. Nafsunya hanya ingin membasahi kerongkongannya yang selalu kering dan perutnya yang selalu lapar.

Korupsi merusak alam, lingkungan, dan tatanan kehidupan. Hutan ditebang habis mengakibatkan tanah longsor, banjir, punahnya ribuan spesies, dan hilangnya keseimbangan ekosistem. Bumi kosong melompong dikuras isinya tinggal menunggu datangnya bencana. Pendidikan murah yang berkualitas, biaya kesehatan yang terjangkau, kesejahteraan dan akses pada keadilan sulit didapatkan oleh masyarakat kurang mampu. Infrastruktur rusak dan tidak terawat.

Mengapa korupsi semakin merajalela? Tidak adanya efek jera–seperti perampasan aset, lemahnya penegakan hukum, sistem yang buruk, dan tidak tahan godaan kemewahan menjadi penyebabnya. Walau demikian, jika seseorang berintegritas, sistem yang buruk sekalipun tidak akan menggoyahkan keimanannya. Bisa jadi sistem yang buruk merupakan kondisi yang sengaja diciptakan oleh yang punya kuasa tak berintegritas agar korupsi tetap aman terkendali.

Padahal mereka adalah orang terpelajar, memiliki jabatan mentereng, dan punya kuasa. Apakah pendidikan tidak mampu menjadikannya sebagai orang berintegritas? Selain budi pekerti, pendidikan agama diajarkan pula di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Akan tetapi, seolah semuanya hilang tidak berbekas. Jangan-jangan selama ini kita baru sebatas mengajarkan agama, bukan mendidik dan menginternalisasi nilai-nilai agama.

Kurikulum Cinta

Dalam situasi seperti ini Kurikulum Cinta yang digagas oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menemukan momentum. Ya benar Kurikulum Cinta. Tetapi bukan cinta seksis. Bukan cinta birahi dua makhluk yang berbeda jenisnya, melainkan cinta kemanusiaan dan kehidupan.

Kita lahir dari buah cinta. Tuhan pun Maha-cinta (ar-Rahmân-ar-Rahîm). Allah (Tuhan) adalah Maha segalanya dari mulai Maha Pencipta (al-Khâliq, al-Bâri’) sampai Maha-mematikan (al-Mumît). Dia yang memberi kelapangan (al-Bãsith) Dia pula yang menyempitkan (al-Qãbidl).

Dia punya sisi feminin dan sisi maskulin. Feminin merupakan dimensi yang melahirkan sifat-sifat seperti cinta dan kasih sayang (ar-Rahmân-ar-Rahîm), welas asih (al-wadûd), lembut (al-Lathîf) dan lain-lain. Maskulin adalah dimensi yang manifestasinya berupa karakter yang kuat (al-Qawiyy), memaksa (al-Jabbâr), menundukkan (al-Qahhâr), dan megah/sombong (al-Mutakabbir).

Dalam  sambutannya pada Launching Gerakan Penanaman 1 juta pohon matoa yang dipusatkan di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok,  dalam rangka Hari Bumi 22 April 2025, Menteri Agama Nasaruddin Umar, menjelaskan argumen teologis Kurikulum Cinta.

Walaupun memiliki dimensi maskulin dan feminin, dalam al-Qur’an Tuhan justru lebih banyak menampilkan dimensi feminin dari pada maskulin, tuturnya. Dari sekian nama-nama Tuhan yang indah (al-asma’ al-husna), dimensi maskulin Tuhan disebut dalam jumlah yang yang sedikit: al-Jabbâr (1), al-Qahhâr (2), dan al-Mutakabbir (1). Sedangkan sisi feminin sangat mendominasi: al-Rahmân (57), al-Rahîm (21), dan al-Rahmân- al-Rahîm dalam satu rangkaian sebanyak 115 kali, yaitu di awal setiap surat, kecuali surat at-Taubah dan terdapat di dalam surat an-Naml/27:30. Seolah Allah menegaskan bahwa Dia ingin lebih dikenal sisi feminin-Nya daripada sisi maskulin, tuturnya lebih lanjut.

Pandangan maskulin dan feminin memiliki dampak yang berbeda dalam memandang alam dan relasi sosial serta akibatnya. Pandangan maskulin menempatkan alam sebagai obyek. Ketika mendapati hutan luas nan hijau, tambang emas, minyak, batu bara, dan lainnya yang terkandung di perut bumi pikirannya langsung pada eksploitasi untuk mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Pandangan kekuasaan.

Pandangan feminin menempatkan alam sebagai subjek. Hijaunya alam memberi kesejukan dan sumber oksigen yang dibutuhkan manusia, Dia sekaligus tempat habitat ribuan spesies harus dilindungi. Kekayaan alam yang terkandung di perut bumi dieksplorasi untuk kesejahteraan, bukan dirusak untuk memenuhi nafsu.

Maskulin memandang kelompok yang berbeda dengan pandangan kecurigaan, syak wasangka, dan permusuhan.

Pandangan feminin melihat segala sesuatu dengan cinta. Itulah sebabnya penting untuk menanamkan cinta dan kasih-sayang sejak dini di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Cinta itu menjaga, merawat, dan memuliakan. Permusuhan itu merusak dan memusnahkan. Manakah yang kita pilih? Tentu, hal yang baik harus menjadi pilihan. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Penulis: Syafi’i (Kepala Pusbangko. Manajemen, Kepemimpinan dan Moderasi Beragama Kemenag)

Share post:

Subscribe

spot_imgspot_img

Popular

More like this
Related

Hardiknas 2025, Prabowo: Terima Kasih Para Guru

BRIEF.ID - Presiden Prabowo Subianto menyampaikan terima kasih kepada...

Tiongkok Pertimbangkan Tawaran AS untuk Memulai Negosiasi Perdagangan

BRIEF.ID - Tiongkok mempertimbangkan tawaran Amerika Serikat (AS) untuk...

Emas Perhiasan Penyumbang Terbesar Inflasi yang Menembus 1,17% di April 2025

BRIEF.ID - Emas perhiasan menjadi penyumbang terbesar inflasi yang...