BRIEF.ID – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pendapatan negara terkoreksi 9% secara tahunan atau year-on-year (yoy) di semester I 2025.
Sepanjang semester I 2025, pendapatan negara tercatat sebesar Rp1.210,1 triliun, atau 40% dari target APBN. Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan Rp985,3 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) Rp224,2 triliun, dan hibah Rp0,6 triliun.
Menurut Menkeu, penurunan tersebut, dipengaruhi beberapa faktor eksternal dan kebijakan fiskal, antara lain tren penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP), pengalihan dividen BUMN ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, serta penerapan terbatas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap barang mewah.
Kondisi tersebut, lanjutnya, membuat negara mengalami defisit anggaran sebesar Rp197 triliun atau 0,81 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Defisit anggaran di semester I 2025 melebar dibandingkan semester I 2024, yang hanya sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB,” kata Sri Mulyani.
Pelebaran defisit itu, terutama disebabkan oleh penurunan penerimaan negara, terutama pada Januari dan Februari 2025. Namun, kita berharap kondisi akan membaik di semester II.
Belanja Negara
Sementara itu, Sri Mulyani menyampaikan, realisasi belanja negara hingga semester I 2025 mencapai Rp1.407,1 triliun atau 38,8% dari target APBN 2025.
“Untuk belanja negara ada sedikit koreksi jadi Rp1.407,1 triliun, dengan rincian belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.006,5 triliun dan transfer ke daerah Rp400,6 triliun,” kata Sri Mulyani.
Belanja negara di semester I 2025 tumbuh tipis sebesar 0,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut, mencerminkan upaya pemerintah menjalankan kebijakan countercyclical di tengah dinamika global dan regional.
Menkeu menjelaskan, belanja negara difokuskan untuk mendukung pencapaian target pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, hingga penguatan ekonomi daerah melalui program makan bergizi gratis (MBG) dan pemberdayaan desa serta UMKM.
“Selain itu, belanja juga diarahkan pada program prioritas nasional, antara lain penguatan ketahanan pangan dan energi,” ungkap Sri Mulyani. (jea)