BRIEF.ID – Pendapatan masyarakat kelas menengah yang tergerus akibat kenaikan harga barang, membuat daya beli pada sejumlah sektor ikut terdampak.
Dalam hasil riset terbaru Inventure, diketahui ada 3 sektor utama yang terdampak penurunan daya beli masyarakat kelas menengah, yaitu otomotif, properti, dan investasi.
“Dengan pendapatan yang stagnan atau tidak berubah di tengah kenaikan harga barang, masyarakat kelas menengah memilih menunda membeli kendaraan, rumah, bahkan berinvestasi atau menabung,” kata Managing Partner Inventure, Yuswohady, dalam keterangan, dikutip Senin (23/12/2024).
Dia mengungkapkan, hasil riset Inventure menunjukkan sekitar 70% masyarakat kelas menengah memilih menunda membeli kendaraan. Sedangkan 68% lainnya menunda membeli atau merenovasi rumah, dan 56% lagi memilih tidak berinvestasi atau menabung.
Hal ini disebabkan pembelian rumah dan kendaraan membutuhkan biaya cukup besar, dan biasanya menggunakan kredit yang bunganya cukup tinggi saat ini.
“Dalam kondisi saat ini, ketika daya beli kelas menengah anjlok, mereka cenderung mengurangi pengeluaran besar untuk menjaga kestabilan keuangan,” ujar Yuswohady.
Dengan demikian, sektor otomotif, properti, dan investasi ikut terdampak, karena kurangnya belanja masyarakat kelas menengah di ketiga sektor tersebut.
Yuswohady menuturkan, selain 3 sektor utama tersebut, masyarakat kelas menengah juga cenderung menunda pengeluaran untuk liburan ke luar negeri atau hiburan mewah, dan rencana pendidikan tingkat tinggi.
“Banyak keluarga cenderung memilih menunda punya anak, bahkan ada pasangan yang menunda untuk menikah,” ungkap Yuswohady.
Tak hanya itu, masyarakat kelas menengah juga mengurangi biaya berlangganan atau membership olahraga dan hiburan di platform musik dan film online.
“Sebagian besar kelas menengah kini mulai menghemat dengan mencari aktivitas hiburan yang gratis seperti ikut CFD dibanding olahraga berbayar/gym, dan menonton YouTube/TV yang gratis dibanding harus berlangganan OTT,” ungkap Yuswohady.